Sa’d
bin Abi Waqash
“Panah Mereka, ya Sa’d… Panah Mereka…, Demi Ayah dan Ibumu!”
(Muhammad Rasulullah Memberi Semangat kepada Saat pada
Perang Uhud)
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibubapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu,
hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu
untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya
kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan.” (QS. Luqman [31] : 14-15)
Ada kisah menarik tentang ayat-ayat ini. Dimana kelompok pemilik
sifat yang bertentangan menjadi tunduk di hadapan jiwa seorang pemuda.
Maka kemenangan berada di pihak kebaikan atas keburukan. Keimanan
atas kekufuran.
Sedangkah tokoh kisah ini adalah seorang pemuda Mekkah terhormat
dari garis nasab, yang memiliki ayah dan ibu yang terhormat.
“Panah Mereka, ya Sa’d… Panah Mereka…, Demi Ayah dan Ibumu!”
(Muhammad Rasulullah Memberi Semangat kepada Saat pada
Perang Uhud)
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibubapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu,
hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu
untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya
kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan.” (QS. Luqman [31] : 14-15)
Ada kisah menarik tentang ayat-ayat ini. Dimana kelompok pemilik
sifat yang bertentangan menjadi tunduk di hadapan jiwa seorang pemuda.
Maka kemenangan berada di pihak kebaikan atas keburukan. Keimanan
atas kekufuran.
Sedangkah tokoh kisah ini adalah seorang pemuda Mekkah terhormat
dari garis nasab, yang memiliki ayah dan ibu yang terhormat.
Sa’d saat
cahaya kenabian sedang bersinar di kota Mekkah sedang
menjelang usia muda. Ia memiliki perasaan yang lembut dan amat berbakti
kepada kedua orang tuanya, wa bil khusus kepada ibunya.
Meski pada saat itu Sa’d akan berusia 17 tahun. Namun ia sudah
berpikiran dewasa dan bijak layaknya orang tua.
Ia tidak pernah –misalnya- senang dengan senda gurau yang biasa
dilakukan anak seumurannya. Akan tetapi ia malah tertarik dengan
mempersiapkan anak panah. Memperbaiki busur panah. Dan berlatih
memanah seolah ia tengah mempersiapkan diri untuk sebuah masalah
besar.
Ia juga tidak pernah senang dengan apa yang ia lihat pada kaumnya
yang memiliki akidah yang rusak dan kondisi yang buruk. Sehingga seolah
ia sedang menunggu sebuah tangan kuat yang dapat menghancurkan
mereka dan menyingisngkan kedzaliman yang mereka perbuat.
%%%
Dalam kondisi sedemikian, Allah Swt berkehendak untuk memulyakan
semua manusia dengan tangan yang lembut ini. Dan ternyata tangan
tersebut adalah tangan penghulu semua makhluk yaitu Muhammad bin
Abdullah Saw. dan ditangannya adalah sebuah bintang Allah yang tidak
pernah redup: yaitu Kitabullah…
Maka segeralah Sa’d bin Abi Waqash memenuhi panggilan petunjuk
dan kebenaran, sehingga ia menjadi orang ketiga atau keempat yang masuk
Islam.
Oleh karenanya, sering kali ia berucap dengan perasaan bangga:
“Hanya menunggu selama 7 hari, aku menjadi orang ketiga yang masuk
dalam Islam.”
%%%
Rasulullah Saw amat bergembira dengan Islamnya Sa’d. Karena dalam
diri Sa’d ada tanda-tanda kecerdasan dan kegagahan yang menandakan
bahwa bulan sabit ini sebentar lagi akan menjadi purnama.
Sa’d juga memiliki garis keturunan yang mulia, dan juga posisi
terhormat yang dapat membuat semua pemuda Mekkah akan mengikuti
jejaknya.
Lebih dari itu, Sa’d adalah kerabat Rasulullah Saw. Sebab ia berasal dari
Bani Zuhrah. Sedangkan Bani Zuhrah adalah keluarga Aminah binti Wahb,
ibunda Rasulullah Saw.
Rasulullah Saw amat bangga dengan hubungan kerabat ini.
Diriwayatkan bahwa Nabi Saw saat itu sedang duduk bersama beberapa
orang dari sahabatnya, lalu Beliau melihat Sa’d bin Abi Waqash datang.
menjelang usia muda. Ia memiliki perasaan yang lembut dan amat berbakti
kepada kedua orang tuanya, wa bil khusus kepada ibunya.
Meski pada saat itu Sa’d akan berusia 17 tahun. Namun ia sudah
berpikiran dewasa dan bijak layaknya orang tua.
Ia tidak pernah –misalnya- senang dengan senda gurau yang biasa
dilakukan anak seumurannya. Akan tetapi ia malah tertarik dengan
mempersiapkan anak panah. Memperbaiki busur panah. Dan berlatih
memanah seolah ia tengah mempersiapkan diri untuk sebuah masalah
besar.
Ia juga tidak pernah senang dengan apa yang ia lihat pada kaumnya
yang memiliki akidah yang rusak dan kondisi yang buruk. Sehingga seolah
ia sedang menunggu sebuah tangan kuat yang dapat menghancurkan
mereka dan menyingisngkan kedzaliman yang mereka perbuat.
%%%
Dalam kondisi sedemikian, Allah Swt berkehendak untuk memulyakan
semua manusia dengan tangan yang lembut ini. Dan ternyata tangan
tersebut adalah tangan penghulu semua makhluk yaitu Muhammad bin
Abdullah Saw. dan ditangannya adalah sebuah bintang Allah yang tidak
pernah redup: yaitu Kitabullah…
Maka segeralah Sa’d bin Abi Waqash memenuhi panggilan petunjuk
dan kebenaran, sehingga ia menjadi orang ketiga atau keempat yang masuk
Islam.
Oleh karenanya, sering kali ia berucap dengan perasaan bangga:
“Hanya menunggu selama 7 hari, aku menjadi orang ketiga yang masuk
dalam Islam.”
%%%
Rasulullah Saw amat bergembira dengan Islamnya Sa’d. Karena dalam
diri Sa’d ada tanda-tanda kecerdasan dan kegagahan yang menandakan
bahwa bulan sabit ini sebentar lagi akan menjadi purnama.
Sa’d juga memiliki garis keturunan yang mulia, dan juga posisi
terhormat yang dapat membuat semua pemuda Mekkah akan mengikuti
jejaknya.
Lebih dari itu, Sa’d adalah kerabat Rasulullah Saw. Sebab ia berasal dari
Bani Zuhrah. Sedangkan Bani Zuhrah adalah keluarga Aminah binti Wahb,
ibunda Rasulullah Saw.
Rasulullah Saw amat bangga dengan hubungan kerabat ini.
Diriwayatkan bahwa Nabi Saw saat itu sedang duduk bersama beberapa
orang dari sahabatnya, lalu Beliau melihat Sa’d bin Abi Waqash datang.
Rasul Saw
bersabda kepada orang-orang yang ada di sekelilingnya: “Inilah
pamanku… maka setiap orang, perlihatkanlah kepadaku pamannya!”
%%%
Akan tetapi keislaman Sa’d bin Abi Waqash tidaklah berjalan dengan
mudah dan tenang. Pemuda yang beriman ini merasakan ujian terberat dan
paling keras. Sehingga karena terlalu kerasnya, Allah Swt menurunkan
sebuah ayat Al Qur’an tentang dirinya…
Sekarang kita akan memberikan kesempatan kepada Sa’d untuk
mencerikatakn kisah ujiannya ini.
Sa’d mengatakan: 3 hari sebelum aku masuk Islam, aku bermimpi
seolah aku tenggelam dalam kegelapan yang bertingkat-tingkat. Saat aku
sedang berusaha selamat dari gelombang kegelapan tersebut, lalu ada
sebuah bulan yang menerangiku dan aku mengikutinya. Aku melihat ada
segerombolan orang yang telah mendahuluiku jalan menuju bulan
tersebut. Aku melihat Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib dan Abu Bakar
Shiddiq. Aku bertanya kepada mereka: ‘Sejak kapan kalian berada di sini?!
Mereka menjawab: ‘Sejak 1 jam.’
Begitu siangb menjelang,aku mendengar bahwa Rasulullah Saw telah
melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi untuk masuk Islam. Aku
mengerti bahwa Allah Swt menghendaki kebaikan atas diriku. Dengan
sebab tersebut, Ia hendak mengeluarkan aku dari kegelapan menuju
cahaya.
Lalu aku mendatanginya segera, dan aku menjumpai Beliau di Syi’b
Jiyad93. Beliau saat itu sedang melakukan shalat Ashar. Aku pun masuk
Islam, dan tidak ada yang mendahuluiku mauk Islam selain orang-orang
yang aku lihat dalam mimpiku.
Kemudian Sa’d melanjutkan kisah keislamannya. Ia berkata: “Begitu
ibuku mendengar bahwa aku telah masuk Islam. Ia langsung marah, dan
aku adalah anak yang amat berbakti kepadanya dan amat mencintainya.
Ibuku datang menemuiku dan berkata: “Wahai Sa’d, agama apakah yang
telah kau anut dan telah memalingkan kamu dari agama ibu dan
bapakmu? Demi Allah, jika engkau tidak meninggalkan agama barumu itu
maka aku tidak akan makan dan minum sehingga aku mati. Sehingga
hatimu akan bersedih karenaku, dan engkau akan menyesali tindakanmu
itu. Dan manusia karenanya akan mencibirmu untuk selamanya.”
Aku lalu berkata: “Janganlah engkau lakukan itu, Bunda! Aku tidak
akan meninggalkan agamaku karena alasan apapun.”
Ia pun lalu melakukan janjinya. Ia tidak mau makan dan minum. Ia
terus melakukan hal itu berhari-hari tidak makan dan tidak minum
pamanku… maka setiap orang, perlihatkanlah kepadaku pamannya!”
%%%
Akan tetapi keislaman Sa’d bin Abi Waqash tidaklah berjalan dengan
mudah dan tenang. Pemuda yang beriman ini merasakan ujian terberat dan
paling keras. Sehingga karena terlalu kerasnya, Allah Swt menurunkan
sebuah ayat Al Qur’an tentang dirinya…
Sekarang kita akan memberikan kesempatan kepada Sa’d untuk
mencerikatakn kisah ujiannya ini.
Sa’d mengatakan: 3 hari sebelum aku masuk Islam, aku bermimpi
seolah aku tenggelam dalam kegelapan yang bertingkat-tingkat. Saat aku
sedang berusaha selamat dari gelombang kegelapan tersebut, lalu ada
sebuah bulan yang menerangiku dan aku mengikutinya. Aku melihat ada
segerombolan orang yang telah mendahuluiku jalan menuju bulan
tersebut. Aku melihat Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib dan Abu Bakar
Shiddiq. Aku bertanya kepada mereka: ‘Sejak kapan kalian berada di sini?!
Mereka menjawab: ‘Sejak 1 jam.’
Begitu siangb menjelang,aku mendengar bahwa Rasulullah Saw telah
melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi untuk masuk Islam. Aku
mengerti bahwa Allah Swt menghendaki kebaikan atas diriku. Dengan
sebab tersebut, Ia hendak mengeluarkan aku dari kegelapan menuju
cahaya.
Lalu aku mendatanginya segera, dan aku menjumpai Beliau di Syi’b
Jiyad93. Beliau saat itu sedang melakukan shalat Ashar. Aku pun masuk
Islam, dan tidak ada yang mendahuluiku mauk Islam selain orang-orang
yang aku lihat dalam mimpiku.
Kemudian Sa’d melanjutkan kisah keislamannya. Ia berkata: “Begitu
ibuku mendengar bahwa aku telah masuk Islam. Ia langsung marah, dan
aku adalah anak yang amat berbakti kepadanya dan amat mencintainya.
Ibuku datang menemuiku dan berkata: “Wahai Sa’d, agama apakah yang
telah kau anut dan telah memalingkan kamu dari agama ibu dan
bapakmu? Demi Allah, jika engkau tidak meninggalkan agama barumu itu
maka aku tidak akan makan dan minum sehingga aku mati. Sehingga
hatimu akan bersedih karenaku, dan engkau akan menyesali tindakanmu
itu. Dan manusia karenanya akan mencibirmu untuk selamanya.”
Aku lalu berkata: “Janganlah engkau lakukan itu, Bunda! Aku tidak
akan meninggalkan agamaku karena alasan apapun.”
Ia pun lalu melakukan janjinya. Ia tidak mau makan dan minum. Ia
terus melakukan hal itu berhari-hari tidak makan dan tidak minum
Badannya
menjadi kurus, tulang punggungnya menjadi bengkok dan
kekuatannya menurun drastis.
Aku selalu mendatanginya dari waktu ke waktu untuk memintanya
agar mau memakan sedikit makanan atau meminum sedikit minuman. Ia
menolak permintaanku dengan keras. Ia masih bersumpah untuk tidak
makan dan minum hingga mati atau aku harus meninggalkan agamaku.
Pada saat itu aku katakan kepadanya: “Wahai bunda, meski aku begitu
mencintaimu, namun cintaku kepada Allah dan Rasul-Nya lebih besar lagi.
Demi Allah, jika engkau memiliki 1000 nyawa, lalu satu per satu nyawamu
itu keluar dari tubuhmu, maka aku tidak akan pernah meninggalkan
agamaku ini demi apapun juga!”
Begitu ia melihat kesungguhanku, ia mau makan dan minum dengan
hati yang kesal. Lalu turunlah firman Allah Swt:
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan
Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka
janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di
dunia dengan baik.” (QS. Luqman [31] :15)
%%%
Hari di mana Sa;d bin Abi Waqash masuk Islam adalah hari dimana
kaum muslimin merasakan adanya kebaikan terbanyak pada Islam:
Pada perang Badr, Sa’d dan saudaranya yang bernama Umair memiliki
kisah tersendiri. Umair pada saat itu adalah seorang pemuda yang baru saja
baligh. Begitu Rasulullah Saw memperhatikan barisan pasukan muslimin
sebelum berangkat ke medang perang, Umair saudara Sa’d mundur
kebelakang karena khawatir Rasulullah Saw akan melihatnya sehingga
akan menolaknya karena usianya yang masih kecil. Benar saja Rasulullah
Saw melihatnya lalu menolaknya yang membuat Umair menangis.
Tangisannya membuat hati Rasulullah Saw luluh sehingga Beliau
membolehkan Umair turut-serta.
Pada saat itu Sa’d menjadi gembira. Ia mengikatkan tali sarungnya pada
diri Umair karena ia masih kecil. Dan berangkatlah kedua bersaudara tadi
untuk berjihad di jalan Allah dengan sungguh-sungguh.
Begitu peperangan usai, Sa’d kembali ke Madinah sendirian. Sedangkan
Umair telah gugur menjadi seorang syahid di medan Badr, dan Sa’d
memohon kepada Allah agar saudaranya diberikan pahala seperti yang
telah dijanjikan.
kekuatannya menurun drastis.
Aku selalu mendatanginya dari waktu ke waktu untuk memintanya
agar mau memakan sedikit makanan atau meminum sedikit minuman. Ia
menolak permintaanku dengan keras. Ia masih bersumpah untuk tidak
makan dan minum hingga mati atau aku harus meninggalkan agamaku.
Pada saat itu aku katakan kepadanya: “Wahai bunda, meski aku begitu
mencintaimu, namun cintaku kepada Allah dan Rasul-Nya lebih besar lagi.
Demi Allah, jika engkau memiliki 1000 nyawa, lalu satu per satu nyawamu
itu keluar dari tubuhmu, maka aku tidak akan pernah meninggalkan
agamaku ini demi apapun juga!”
Begitu ia melihat kesungguhanku, ia mau makan dan minum dengan
hati yang kesal. Lalu turunlah firman Allah Swt:
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan
Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka
janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di
dunia dengan baik.” (QS. Luqman [31] :15)
%%%
Hari di mana Sa;d bin Abi Waqash masuk Islam adalah hari dimana
kaum muslimin merasakan adanya kebaikan terbanyak pada Islam:
Pada perang Badr, Sa’d dan saudaranya yang bernama Umair memiliki
kisah tersendiri. Umair pada saat itu adalah seorang pemuda yang baru saja
baligh. Begitu Rasulullah Saw memperhatikan barisan pasukan muslimin
sebelum berangkat ke medang perang, Umair saudara Sa’d mundur
kebelakang karena khawatir Rasulullah Saw akan melihatnya sehingga
akan menolaknya karena usianya yang masih kecil. Benar saja Rasulullah
Saw melihatnya lalu menolaknya yang membuat Umair menangis.
Tangisannya membuat hati Rasulullah Saw luluh sehingga Beliau
membolehkan Umair turut-serta.
Pada saat itu Sa’d menjadi gembira. Ia mengikatkan tali sarungnya pada
diri Umair karena ia masih kecil. Dan berangkatlah kedua bersaudara tadi
untuk berjihad di jalan Allah dengan sungguh-sungguh.
Begitu peperangan usai, Sa’d kembali ke Madinah sendirian. Sedangkan
Umair telah gugur menjadi seorang syahid di medan Badr, dan Sa’d
memohon kepada Allah agar saudaranya diberikan pahala seperti yang
telah dijanjikan.
Pada perang
Uhud. Saat pendirian pasukan muslimin mulai goyah dan
berpisah dari barisan Nabi Saw sehingga tersisa sedikit saja yang bersama
Beliau yang berjumlah tidak lebih dari 10 orang. Sat itu Sa’d bin Abi
Waqash berdiri membela Rasulullah Saw dengan busur panahnya. Tidak
satupun anak panah yang dilesatkan kecuali memakan seorang korban dari
pihak kamu musyrikin.
Saat Rasulullah Saw melihat Sa’d melesatkan anak panahnya dengan
cara ini, Rasulullah lalu memberikan semangat kepadanya dengan
bersabda: “Panah mereka ya Sa’d, panah mereka demi ayah dan ibumu!”
Maka dengan motivasi Rasulullah Saw, Sa’d berbangga hati selama
hidupnya seraya berkata: “Rasulullah Saw tidak pernah menggabungkan
kedua orang tua dari seseorang saat bersumpah kecuali kepadaku saja.”
Dan itu terjadi saat Rasululullah Saw bersumpah demi ayah dan ibunya
secara bersamaan.
%%%
Akan tetapi Sa’d baru meraskan kebahagiaannya saat Umar Al Faruq
bertekad untuk mengalahkan bangsa Persia lewat perang yang dapat
membuat negeri mereka hancur, istana mereka roboh dan untuk mencabut
akar penyembahan berhala dari muka bumi. Maka Umar mengirimkan
surat kepada seluruh pegawainya yang ada di semua daerah yang berbunyi:
“Kirimkanlah kepadaku semua orang yang memiliki senjata atau kuda,
pertolongan atau pendapat, atau kemampuan dalam bersyair atau
beretorika dan lainnya yang dapat membantu kami dalam peperangan!”
Maka datanglah gelombang para mujahidin ke Madinah dari setiap
penjuru.Begitu semuanya telah terpenuhi, Umar Al Faruq meminta
pendapat kepada Ashabul Halli wal Aqdi94 tentang orang yang dapat
memimpin pasukan yang amat besar ini sehingga Umar dapat memberikan
mandat kepadanya. Mereka semua berpendapat orang tersebut adalah: Si
singa menerkam yaitu Sa’d bin Abi Waqash. Maka Umar memanggil Sa’d ra
dan memberikan panji komando kepadanya.
%%%
Begitu pasukan yang besar ini hendak meninggalkan Madinah, Umar
bin Khattab memberikan wasiat dan pesannya kepada panglima pasukan
ini:
“Ya Sa’d, Janganlah engkau terpedaya dari jalan Allah jika ada yang
mengatakan: Dia adalah paman Rasulullah dan sahabat Rasulullah. Sebab
berpisah dari barisan Nabi Saw sehingga tersisa sedikit saja yang bersama
Beliau yang berjumlah tidak lebih dari 10 orang. Sat itu Sa’d bin Abi
Waqash berdiri membela Rasulullah Saw dengan busur panahnya. Tidak
satupun anak panah yang dilesatkan kecuali memakan seorang korban dari
pihak kamu musyrikin.
Saat Rasulullah Saw melihat Sa’d melesatkan anak panahnya dengan
cara ini, Rasulullah lalu memberikan semangat kepadanya dengan
bersabda: “Panah mereka ya Sa’d, panah mereka demi ayah dan ibumu!”
Maka dengan motivasi Rasulullah Saw, Sa’d berbangga hati selama
hidupnya seraya berkata: “Rasulullah Saw tidak pernah menggabungkan
kedua orang tua dari seseorang saat bersumpah kecuali kepadaku saja.”
Dan itu terjadi saat Rasululullah Saw bersumpah demi ayah dan ibunya
secara bersamaan.
%%%
Akan tetapi Sa’d baru meraskan kebahagiaannya saat Umar Al Faruq
bertekad untuk mengalahkan bangsa Persia lewat perang yang dapat
membuat negeri mereka hancur, istana mereka roboh dan untuk mencabut
akar penyembahan berhala dari muka bumi. Maka Umar mengirimkan
surat kepada seluruh pegawainya yang ada di semua daerah yang berbunyi:
“Kirimkanlah kepadaku semua orang yang memiliki senjata atau kuda,
pertolongan atau pendapat, atau kemampuan dalam bersyair atau
beretorika dan lainnya yang dapat membantu kami dalam peperangan!”
Maka datanglah gelombang para mujahidin ke Madinah dari setiap
penjuru.Begitu semuanya telah terpenuhi, Umar Al Faruq meminta
pendapat kepada Ashabul Halli wal Aqdi94 tentang orang yang dapat
memimpin pasukan yang amat besar ini sehingga Umar dapat memberikan
mandat kepadanya. Mereka semua berpendapat orang tersebut adalah: Si
singa menerkam yaitu Sa’d bin Abi Waqash. Maka Umar memanggil Sa’d ra
dan memberikan panji komando kepadanya.
%%%
Begitu pasukan yang besar ini hendak meninggalkan Madinah, Umar
bin Khattab memberikan wasiat dan pesannya kepada panglima pasukan
ini:
“Ya Sa’d, Janganlah engkau terpedaya dari jalan Allah jika ada yang
mengatakan: Dia adalah paman Rasulullah dan sahabat Rasulullah. Sebab
Allah Swt
tidak akan menghapuskan keburukan dengan keburukan. Akan
tetapi Ia akan menghapuskan keburukan dengan kebaikan.
Ya Sa’d, Tidak ada nasab di antara Allah dan seseorang selain ketaatan.
Manusia yang tinggi dan rendah dihadapan Allah adalah sama. Allah
adalah Tuhan mereka, dan mereka adalah para hamba-Nya. Mereka akan
mulia karena taqwa dan mereka akan mendapatkan ganjaran di sisi Allah
dengan ketaatan. Lihatlah apa yang telah dilakukan oleh Nabi karena itulah
perintah yang sebenarnya.”
Berangkatlah pasukan yang penuh berkah ini. Dalam pasukan ini
terdapat 99 orang yang pernah ikut dalam perang Badr. Ada 310 lebih
orang yang pernah melakukan Bai’at Ridwan. 300 orang yang turut dalam
Fathu Makkah bersama Rasulullah dan 700 orang anak-anak para sahabat.
%%%
Berangkatlah Sa’da dan pasukannya menuju Al Qadisiyah95. Pada hari
Harir96, pasukan muslimin bertekad untuk mengalahkan Persia. Kaum
muslimin mengepung musuh mereka dengan begitu ketatnya. Mereka
menyerang dan merangsek barisan musuh dari segala penjuru dengan
bertahlil dan bertakbir.
Maka kepala Rustum panglima pasukan Persia sudah diangkat dengan
tombak-tombak pasukan muslimin. Maka merasuklah ketakutan dan
kepanikan dalam setiap hati musuh Allah, sehingga bila ada seorang
muslim yang menunjuk seorang dari pasukan Persia maka ia bisa mati, atau
muslim tadi membunuhnya dengan senjata dengan amat mudah.
Sedangkan ghanimah tidak usah dibayangkan. Adapun yang menjadi
korban,cukuplah Anda ketahui bahwa yang mati hanya karena tenggelam
mencapai jumlah 3000 orang.
%%%
Sa’d dianugerahi umur panjang dan harta yang banyak. Akan tetapi
saat ia menjelang wafat, ia meminta sebuah jubah yang terbuat dari shuf
(wol) tebal. Ia berkata: “Kafankan aku dengan shuf itu, sebab aku
menghadapi pasukan musyrikin dalam perang Badr dengan mengenakan
baju itu. Aku berharap dapat berjumpa dengan Allah sambil mengenakan
shuf itu.
tetapi Ia akan menghapuskan keburukan dengan kebaikan.
Ya Sa’d, Tidak ada nasab di antara Allah dan seseorang selain ketaatan.
Manusia yang tinggi dan rendah dihadapan Allah adalah sama. Allah
adalah Tuhan mereka, dan mereka adalah para hamba-Nya. Mereka akan
mulia karena taqwa dan mereka akan mendapatkan ganjaran di sisi Allah
dengan ketaatan. Lihatlah apa yang telah dilakukan oleh Nabi karena itulah
perintah yang sebenarnya.”
Berangkatlah pasukan yang penuh berkah ini. Dalam pasukan ini
terdapat 99 orang yang pernah ikut dalam perang Badr. Ada 310 lebih
orang yang pernah melakukan Bai’at Ridwan. 300 orang yang turut dalam
Fathu Makkah bersama Rasulullah dan 700 orang anak-anak para sahabat.
%%%
Berangkatlah Sa’da dan pasukannya menuju Al Qadisiyah95. Pada hari
Harir96, pasukan muslimin bertekad untuk mengalahkan Persia. Kaum
muslimin mengepung musuh mereka dengan begitu ketatnya. Mereka
menyerang dan merangsek barisan musuh dari segala penjuru dengan
bertahlil dan bertakbir.
Maka kepala Rustum panglima pasukan Persia sudah diangkat dengan
tombak-tombak pasukan muslimin. Maka merasuklah ketakutan dan
kepanikan dalam setiap hati musuh Allah, sehingga bila ada seorang
muslim yang menunjuk seorang dari pasukan Persia maka ia bisa mati, atau
muslim tadi membunuhnya dengan senjata dengan amat mudah.
Sedangkan ghanimah tidak usah dibayangkan. Adapun yang menjadi
korban,cukuplah Anda ketahui bahwa yang mati hanya karena tenggelam
mencapai jumlah 3000 orang.
%%%
Sa’d dianugerahi umur panjang dan harta yang banyak. Akan tetapi
saat ia menjelang wafat, ia meminta sebuah jubah yang terbuat dari shuf
(wol) tebal. Ia berkata: “Kafankan aku dengan shuf itu, sebab aku
menghadapi pasukan musyrikin dalam perang Badr dengan mengenakan
baju itu. Aku berharap dapat berjumpa dengan Allah sambil mengenakan
shuf itu.
Kisah dan Teladan Sahabat rasul Sa’d bin Abi Waqash
Reviewed by kopi pancong
on
November 11, 2017
Rating:
Lucky Club Casino Site 2021
ReplyDeleteLucky Club Casino. Casino. Players are welcomed to see luckyclub.live a variety of amazing games that are powered by Microgaming software. Lucky Club is an online Games offered: Slots, table and live dealersMobile: Android,iPhone, iPad, Blackberry, Windows Phone, Other payment methods: Visa, Mastercard, Check