Hudzaifah
bin Yaman
Orang yang Mengetahui Rahasia Rasulullah Saw
“Apa yang Diceritakan Hudzaifah kepada Kalian, Percayailah! Apa
yang Dibacakan Abdullah bin Mas’ud kepada Kalian, Maka Bacalah!”
(Hadits Rasulullah)
“Jika engkau menjadi seorang muhajirin atau mau menjadi salah
seorang suku Anshar, maka pilihlah salah satunya untuk dirimu!”
Begitulah kalimat yang diucapkan Rasulullah Saw kepada Hudzaifah
bin Yaman saat Beliau berjumpa dengannya pertama kali di Mekkah.
Ada kisah menarik mengapa Hudzaifah diberi pilihan untuk memilih
antara 2 golongan terhormat dikalangan muslimin ini:
Al Yaman, ayah Hudzaifah adalah orang asli Mekkah dari Bani Absin
akan tetapi ia pernah membunuh salah seorang kaumnya. Maka ia
melarikan diri dari Mekkah menuju Yatsrib. Di sana ia bergabung dengan
Bani Abd Al Asyhal dan menikah dengan salah satu anggotanya. Dan
lahirlah anaknya yang bernama Hudzaifah.
Lalu hilanglah penghalang antara Al Yaman dengan Mekkah dan ia
mulai ragu untuk memilih Mekkah atau Yatsrib. Akan tetapi ia lebih lama
tinggal dan sudah lebih akrab dengan Madinah.
Begitu Islam muncul membawa cahayanya bagi jazirah Arab, Al Yaman
ayah Hudzaifah adalah salah satu dari sepuluh orang Bani Absin yang
datang menghadap Rasulullah dan menyatakan keislaman mereka
dihadapan Beliau. Peristiwa itu terjadi sebelum Beliau hijrah ke Madinah.
Oleh karena itu, Hudzaifah adalah orang Mekkah asli, namun besar di
Madinah.
Hudzaifah bin Yaman tumbuh di keluarga muslim. Ia di asuh oleh
kedua orang tua yang termasuk pendahulu dalam agama Allah. Ia sudah
masuk Islam sebelum masuk usia dewasa.
%%%
Ras rindu Hudzaifah untuk bertemu Rasulullah Saw memenuhi seluruh
relung hatinya. Sejak ia masuk Islam, ia selalu mencari tahu informasi
tentang diri Rasul. Ia juga senantiasa bertanya tentang ciri-ciri Beliau.
Semakin ia tahu, maka semakin bertambah kerinduannya kepada Beliau.
Maka berangkatlah Hudzaifah ke Mekkah untuk berjumpa denga Nabi.
Begitu ia berjumpa dengan Beliau, ia langsung menanyakan: “Apakah saya
ini termasuk kaum Muhajirin atau Anshar, ya Rasulullah?” Rasul langsung
menjawab: “Jika engkau berkenan, engkau dapat bergabung dengan kaum
muhajirin. Jika kau mau menjadi Anshar, silahkan saja. Pilihlah sesukamu!”
Maka ia menjawab: “Saya adalah termasuk suku Anshar, ya
Rasulullah!”
%%%
Begitu Rasulullah Saw berhijrah ke Madinah, Hudzaifah selalu
mendampingi Beliau bagaikan sepasang mata. Ia juga ikut serta bersama
Rasul dalam setiap jihad yang Beliau lakukan.
Mengapa Hudzaifah tidak ikut serta dalam perang Badr, ada sebuah
kisah yang akan diceritakan olehnya sendiri:
Aku tidak bisa turut serta dalam perang Badr karena aku pada saat itu
sedang di luar Madinah bersama ayahku. Lalu para kafir Quraisy
menangkap kami dan bertanya: “Hendak kemana kalian?” Kami menjawab:
“Hendak ke Madinah!” Mereka bertanya: “Apakah kalian hendak
menjumpai Muhammad?” Kami menjawab: “Tidak ada tujuan kami selain
Madinah.” Mereka masih saja tidak mau melepaskan kami kecuali setelah
membuat perjanjian dengan kami agar kami tidak akan membantu
Muhammad untuk memerangi mereka dan juga agar kami tidak turut
berjuang bersamanya. Akhirnya, merekapun melepaskan kami.
Begitu kami menghadap Rasulullah Saw kami menceritakan perjanjian
yang kami buat dengan suku Quraisy dan kami bertanya kepada Beliau apa
yang mesti kami perbuat?
Rasul Saw menjawab: “Kita harus menepati janji dengan mereka, dan
kita memohon pertolongan Allah untuk menghadapi mereka.”
%%%
Pada perang Uhud, Hudzaifah bersama ayahnya Al Yaman turut
berperang. Hudzaifah mendapatkan ujian yang amat berat pada peristiwa
itu, dan ia dapat keluar dari peperangan dalam kondisi selamat. Sedangkan
ayahnya telah gugur sebagai syahid dalam perang tersebut. Akan tetapi ia
gugur bukan karena sabetan pedang musyrikin akan tetapi karena sabetan
pedang muslimin. Ini menjadi sebuah kisah yang akan kami angkat pada
bagian berikut:
Pada perang Uhud, Rasulullah Saw menempatkan Al Yaman dan Tsabit
bin Waqsyin di dalam benteng bersama para wanita dan anak-anak karena
keduanya adalah orang tua yang sudah lanjut usia. Begitu peperangan
berkecamuk, Al Yaman berkata kepada sahabatnya:
Orang yang Mengetahui Rahasia Rasulullah Saw
“Apa yang Diceritakan Hudzaifah kepada Kalian, Percayailah! Apa
yang Dibacakan Abdullah bin Mas’ud kepada Kalian, Maka Bacalah!”
(Hadits Rasulullah)
“Jika engkau menjadi seorang muhajirin atau mau menjadi salah
seorang suku Anshar, maka pilihlah salah satunya untuk dirimu!”
Begitulah kalimat yang diucapkan Rasulullah Saw kepada Hudzaifah
bin Yaman saat Beliau berjumpa dengannya pertama kali di Mekkah.
Ada kisah menarik mengapa Hudzaifah diberi pilihan untuk memilih
antara 2 golongan terhormat dikalangan muslimin ini:
Al Yaman, ayah Hudzaifah adalah orang asli Mekkah dari Bani Absin
akan tetapi ia pernah membunuh salah seorang kaumnya. Maka ia
melarikan diri dari Mekkah menuju Yatsrib. Di sana ia bergabung dengan
Bani Abd Al Asyhal dan menikah dengan salah satu anggotanya. Dan
lahirlah anaknya yang bernama Hudzaifah.
Lalu hilanglah penghalang antara Al Yaman dengan Mekkah dan ia
mulai ragu untuk memilih Mekkah atau Yatsrib. Akan tetapi ia lebih lama
tinggal dan sudah lebih akrab dengan Madinah.
Begitu Islam muncul membawa cahayanya bagi jazirah Arab, Al Yaman
ayah Hudzaifah adalah salah satu dari sepuluh orang Bani Absin yang
datang menghadap Rasulullah dan menyatakan keislaman mereka
dihadapan Beliau. Peristiwa itu terjadi sebelum Beliau hijrah ke Madinah.
Oleh karena itu, Hudzaifah adalah orang Mekkah asli, namun besar di
Madinah.
Hudzaifah bin Yaman tumbuh di keluarga muslim. Ia di asuh oleh
kedua orang tua yang termasuk pendahulu dalam agama Allah. Ia sudah
masuk Islam sebelum masuk usia dewasa.
%%%
Ras rindu Hudzaifah untuk bertemu Rasulullah Saw memenuhi seluruh
relung hatinya. Sejak ia masuk Islam, ia selalu mencari tahu informasi
tentang diri Rasul. Ia juga senantiasa bertanya tentang ciri-ciri Beliau.
Semakin ia tahu, maka semakin bertambah kerinduannya kepada Beliau.
Maka berangkatlah Hudzaifah ke Mekkah untuk berjumpa denga Nabi.
Begitu ia berjumpa dengan Beliau, ia langsung menanyakan: “Apakah saya
ini termasuk kaum Muhajirin atau Anshar, ya Rasulullah?” Rasul langsung
menjawab: “Jika engkau berkenan, engkau dapat bergabung dengan kaum
muhajirin. Jika kau mau menjadi Anshar, silahkan saja. Pilihlah sesukamu!”
Maka ia menjawab: “Saya adalah termasuk suku Anshar, ya
Rasulullah!”
%%%
Begitu Rasulullah Saw berhijrah ke Madinah, Hudzaifah selalu
mendampingi Beliau bagaikan sepasang mata. Ia juga ikut serta bersama
Rasul dalam setiap jihad yang Beliau lakukan.
Mengapa Hudzaifah tidak ikut serta dalam perang Badr, ada sebuah
kisah yang akan diceritakan olehnya sendiri:
Aku tidak bisa turut serta dalam perang Badr karena aku pada saat itu
sedang di luar Madinah bersama ayahku. Lalu para kafir Quraisy
menangkap kami dan bertanya: “Hendak kemana kalian?” Kami menjawab:
“Hendak ke Madinah!” Mereka bertanya: “Apakah kalian hendak
menjumpai Muhammad?” Kami menjawab: “Tidak ada tujuan kami selain
Madinah.” Mereka masih saja tidak mau melepaskan kami kecuali setelah
membuat perjanjian dengan kami agar kami tidak akan membantu
Muhammad untuk memerangi mereka dan juga agar kami tidak turut
berjuang bersamanya. Akhirnya, merekapun melepaskan kami.
Begitu kami menghadap Rasulullah Saw kami menceritakan perjanjian
yang kami buat dengan suku Quraisy dan kami bertanya kepada Beliau apa
yang mesti kami perbuat?
Rasul Saw menjawab: “Kita harus menepati janji dengan mereka, dan
kita memohon pertolongan Allah untuk menghadapi mereka.”
%%%
Pada perang Uhud, Hudzaifah bersama ayahnya Al Yaman turut
berperang. Hudzaifah mendapatkan ujian yang amat berat pada peristiwa
itu, dan ia dapat keluar dari peperangan dalam kondisi selamat. Sedangkan
ayahnya telah gugur sebagai syahid dalam perang tersebut. Akan tetapi ia
gugur bukan karena sabetan pedang musyrikin akan tetapi karena sabetan
pedang muslimin. Ini menjadi sebuah kisah yang akan kami angkat pada
bagian berikut:
Pada perang Uhud, Rasulullah Saw menempatkan Al Yaman dan Tsabit
bin Waqsyin di dalam benteng bersama para wanita dan anak-anak karena
keduanya adalah orang tua yang sudah lanjut usia. Begitu peperangan
berkecamuk, Al Yaman berkata kepada sahabatnya:
“Mengapa
kita berpangku tangan saja?! Tidak ada seseorang yang
tersisa dari umurnya kecuali seperti seekor keledai yang kehausan97. Usia
kita tinggal hari ini saja atau besok98. Mengapa kita tidak mengambil
pedang dan bergabung dengan Rasulullah Saw. Semoga Allah
menganugerahi kita syahadah bersama Nabi-Nya.” Kemudian keduanya
mengambil pedang dan bergabung bersama manusia yang lainnya dan
berkecamuk dalam gelombang perang.
Tsabit bin Waqsyin mendapatkan kemuliaan Allah dengan gugur
sebagai syahid di tangan kaum musyrikin. Sedangkan Al Yaman, ayah dari
Hudzaifah mati tersabet oleh pedang pasukan muslimin namun mereka
tidak menyadarinya. Hudzaifah berteriak-teriak menyebut: “Ayahku…
ayahku!” Namun tidak ada seorangpun yang mendengarnya. Akhirnya,
tersungkurlah orang tua tadi akibat sabetan pedang para sahabatnya
sendiri. Tidak ada yang dapat dikatakan oleh Hudzaifah kepada pasukan
muslimin selain: “Semoga Allah mengampuni kalian, dan Ia adalah Dzat
Yang Amat Pengasih.”
Kemudian Rasulullah Saw berniat untuk memberikan kepada
Hudzaifah diyat99 ayahnya. Hudzaifah lalu berkata: “Dia sebenarnya hanya
mencari syahadah, dan ia telah mendapatkannya. Ya Allah, saksikanlah
bahwa aku mensedekahkan diyatnya kepada kaum muslimin!” Maka hal
itu menambahkan kemuliaan dirinya di sisi Rasulullah Saw.
%%%
Rasulullah Saw menyelami rahasia diri Hudzaifah bin Yaman, dan
Beliau menemukan 3 buah tanda: Kecerdasan yang unggul membuatnya
dapat menyelesaikan segala permasalahan. Pehamaman yang cepat dan
patuh yang menyambut setiap seruan Beliau. Serta mampu menjaga rahasia
sehingga tidak ada orang yang mampu mengetahui isi hatinya.
Strategi Rasulullah Saw berdasarkan pada mengetahui potensi para
sahabatnya, dan memanfaatkan potensi mereka yang tersembunyi. Hal itu
dengan menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat.
%%%
Permasalahan terbesar yang dihadapi oleh kaum muslimin di Madinah
adalah adanya kaum munafikin dari bangsa Yahudi dan pendukungnya
yang sering membuat makar terhadap Nabi dan para sahabatnya.
Maka Nabi Saw menceritakan kepada Hudzaifah bin Yaman beberapa
nama orang munafik –dan ini merupakan rahasia yang tidak ia ceritakan
tersisa dari umurnya kecuali seperti seekor keledai yang kehausan97. Usia
kita tinggal hari ini saja atau besok98. Mengapa kita tidak mengambil
pedang dan bergabung dengan Rasulullah Saw. Semoga Allah
menganugerahi kita syahadah bersama Nabi-Nya.” Kemudian keduanya
mengambil pedang dan bergabung bersama manusia yang lainnya dan
berkecamuk dalam gelombang perang.
Tsabit bin Waqsyin mendapatkan kemuliaan Allah dengan gugur
sebagai syahid di tangan kaum musyrikin. Sedangkan Al Yaman, ayah dari
Hudzaifah mati tersabet oleh pedang pasukan muslimin namun mereka
tidak menyadarinya. Hudzaifah berteriak-teriak menyebut: “Ayahku…
ayahku!” Namun tidak ada seorangpun yang mendengarnya. Akhirnya,
tersungkurlah orang tua tadi akibat sabetan pedang para sahabatnya
sendiri. Tidak ada yang dapat dikatakan oleh Hudzaifah kepada pasukan
muslimin selain: “Semoga Allah mengampuni kalian, dan Ia adalah Dzat
Yang Amat Pengasih.”
Kemudian Rasulullah Saw berniat untuk memberikan kepada
Hudzaifah diyat99 ayahnya. Hudzaifah lalu berkata: “Dia sebenarnya hanya
mencari syahadah, dan ia telah mendapatkannya. Ya Allah, saksikanlah
bahwa aku mensedekahkan diyatnya kepada kaum muslimin!” Maka hal
itu menambahkan kemuliaan dirinya di sisi Rasulullah Saw.
%%%
Rasulullah Saw menyelami rahasia diri Hudzaifah bin Yaman, dan
Beliau menemukan 3 buah tanda: Kecerdasan yang unggul membuatnya
dapat menyelesaikan segala permasalahan. Pehamaman yang cepat dan
patuh yang menyambut setiap seruan Beliau. Serta mampu menjaga rahasia
sehingga tidak ada orang yang mampu mengetahui isi hatinya.
Strategi Rasulullah Saw berdasarkan pada mengetahui potensi para
sahabatnya, dan memanfaatkan potensi mereka yang tersembunyi. Hal itu
dengan menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat.
%%%
Permasalahan terbesar yang dihadapi oleh kaum muslimin di Madinah
adalah adanya kaum munafikin dari bangsa Yahudi dan pendukungnya
yang sering membuat makar terhadap Nabi dan para sahabatnya.
Maka Nabi Saw menceritakan kepada Hudzaifah bin Yaman beberapa
nama orang munafik –dan ini merupakan rahasia yang tidak ia ceritakan
kepada
salah seorang sahabatnya yang lain- Rasul memerintahkan
kepadanya untuk mengawasi gerak-gerik dan aktivitas mereka, serta
menolak bahaya mereka dari Islam dan kaum muslimin.
Sejak saat itu, Hudzaifah bin Yaman mulai disebut sebagai Shahib Sirri
Rasulillah Saw (Pemilik rahasia Rasulullah Saw).
%%%
Rasul Saw memanfaatkan bakat Hudzaifah dalam sebuah kesempatan
yang amat berbahaya dan amat membutuhkan kecerdasan dan pemahaman
yang tinggi. Hal itu terjadi pada perang Khandaq100 dimana kaum
muslimin sudah dikepung oleh musuh dari atas dan bawah mereka.
Pengepungan terhadap muslimin berlangsung lama. Mereka semakin
tersiksa. Mereka sudah kesusahan dan kesulitan. Sehingga pandangan
sudah lamur dan hati sudah naik ke kerongkongan101, dan sebagian kaum
muslimin sudah berprasangka sesuatu kepada Allah Swt.
Suku Quraisy serta para pendukungnya dari kaum musyrikin juga
mengalami kondisi yang tidak jauh berbeda dari kaum muslimin.
Murka Allah Swt telah tertumpah kepada mereka sehingga
melemahkan kekuatan mereka dan menggoyahkan pilar-pilar mereka.
Allah mengirimkan angin yang kencang kepada mereka sehinga kemahkemah mereka terhempas, tungku makanan mereka terbalik, api tungku
mereka menjadi padam. Wajah mereka tersiram dengn kerikil dan mata
serta lobang hidung mereka tertutup oleh debu.
%%%
Pada kondisi yang amat menentukan dalam sejarah peperangan ini;
pasukan yang kalah mengerang terlebih dahulu, sedangkan pasukan yang
menang adalah yang mampu bertahan setelah pasukan musuh menarik
diri.
Dalam masa-masa yang menentukan jalannya peperangan ini; intelijen
dalam pasukan memiliki peran penting dalam menentukan sikap dan
memberikan pandangan.
Pada kesempatan ini Rasulullah Saw membutuhkan bakat dan
pengalaman yang dimiliki Hudzaifah bin Al Yaman, dan bertekad untuk
mengutusnya berangkat menyusup dalam barisan musuh di kegelapan
malam, untuk dapat memberikan informasi sebelum diambil keputusan.
Kita akan memberikan kesempatan kepada Hudzaifah untuk
menceritakan sendiri kisah perjalanannya yang berbahaya ini.
Hudzaifah berkisah:
kepadanya untuk mengawasi gerak-gerik dan aktivitas mereka, serta
menolak bahaya mereka dari Islam dan kaum muslimin.
Sejak saat itu, Hudzaifah bin Yaman mulai disebut sebagai Shahib Sirri
Rasulillah Saw (Pemilik rahasia Rasulullah Saw).
%%%
Rasul Saw memanfaatkan bakat Hudzaifah dalam sebuah kesempatan
yang amat berbahaya dan amat membutuhkan kecerdasan dan pemahaman
yang tinggi. Hal itu terjadi pada perang Khandaq100 dimana kaum
muslimin sudah dikepung oleh musuh dari atas dan bawah mereka.
Pengepungan terhadap muslimin berlangsung lama. Mereka semakin
tersiksa. Mereka sudah kesusahan dan kesulitan. Sehingga pandangan
sudah lamur dan hati sudah naik ke kerongkongan101, dan sebagian kaum
muslimin sudah berprasangka sesuatu kepada Allah Swt.
Suku Quraisy serta para pendukungnya dari kaum musyrikin juga
mengalami kondisi yang tidak jauh berbeda dari kaum muslimin.
Murka Allah Swt telah tertumpah kepada mereka sehingga
melemahkan kekuatan mereka dan menggoyahkan pilar-pilar mereka.
Allah mengirimkan angin yang kencang kepada mereka sehinga kemahkemah mereka terhempas, tungku makanan mereka terbalik, api tungku
mereka menjadi padam. Wajah mereka tersiram dengn kerikil dan mata
serta lobang hidung mereka tertutup oleh debu.
%%%
Pada kondisi yang amat menentukan dalam sejarah peperangan ini;
pasukan yang kalah mengerang terlebih dahulu, sedangkan pasukan yang
menang adalah yang mampu bertahan setelah pasukan musuh menarik
diri.
Dalam masa-masa yang menentukan jalannya peperangan ini; intelijen
dalam pasukan memiliki peran penting dalam menentukan sikap dan
memberikan pandangan.
Pada kesempatan ini Rasulullah Saw membutuhkan bakat dan
pengalaman yang dimiliki Hudzaifah bin Al Yaman, dan bertekad untuk
mengutusnya berangkat menyusup dalam barisan musuh di kegelapan
malam, untuk dapat memberikan informasi sebelum diambil keputusan.
Kita akan memberikan kesempatan kepada Hudzaifah untuk
menceritakan sendiri kisah perjalanannya yang berbahaya ini.
Hudzaifah berkisah:
Pada malam
itu kami duduk berjejer. Abu Sufyan dan rekan-rekannya
para musyrikin Mekkah berada di atas kami. Sedangkan Bani Quraidzah
suku Yahudi berada di bawah kami dan kami khawatir apabila mereka
mengganggu para wanitadan anak-anak kami. Tidak pernah kami rasakan
malam yang amat gelap seperti ini. Dan angin pada malam itu amat
kencang bertiup. Suara angin bagaikan petir. Kegelapan malam membuat
kami tidak mampu melihat jari tangan kami sendiri.
Kemudian para munafikin meminta izin kepada Rasulullah Saw dengan
berkata: “Rumah-rumah kami terbuka (mudah diserang) bagi musuh –
sebenarnya rumah mereka tidak terbuka- padahal tidak ada seorangpun
yang meminta izin kepada Beliau, pasti Beliau mengizinkannya. Padahal
mereka menyusup ke barisan musuh dan tinggallah kami dengan pasukan
yang berjumlah sekitar 300 orang saja.
%%%
Pada saat itu, berdirilah Nabi Saw dan Beliau memeriksa kondisi kami
satu per satu hingga Beliau menghampiriku dan mendapati bahwa aku
tidak memiliki apa-apa untuk berlindung selain dengan mirth102 miliki
istriku yang hanya sebatas lutut saja.
Kemudian Beliau mendekat ke arahku sedangkan aku bersimpuh
bertekuk diri di tanah. Beliau berkata: “Siapakah ini?” Aku menjawab:
“Saya Hudzaifah.” Ia bertanya lagi: “Hudzaifah?” Aku semakin meringkuk
ke tanah karena aku malas berdiri sebab lapar dan dingin yang aku
rasakan. Aku katakan: “Benar, ya Rasulullah!” Ia bersabda: “Ada sebuah
informasi di pihak musuh. Mnyusuplah pada barisan mereka dan berikan
informasi tersebut kepadaku!”
Berangkatlah aku padahal aku adalah orang yang paling merasa takut
dan merasa amat dingin. Kemudian Rasulullah Saw berdo’a: “Ya Allah
jagalah ia dari depan, belakang, kanan, kiri, atas dan bawahnya!”
Demi Allah, belum lagi do’a Rasul Saw selesai sehingga Allah Swt
menghilangkan dari diriku segala rasa takut serta rasa dingin.
Begitu aku hendak berangkat, Rasulullah Saw memanggilku seraya
bersabda: “Ya Hudzaifah, janganlah kau melakukan apapun juga terhadap
kaum tersebut sebelum kau datang kepadaku!” Kemudian aku menjawab:
“Ya.” Kemudian aku mulai menyusup di tengah kegelapan malam
sehingga aku masuk dalam barisan kaum musyrikin dan aku berpura-pura
menjadi salah seorang dari mereka.
Tidak lama aku di sana, kemudian Abu Sufyan berdiri sambil
berkhutbah:
“Wahai bangsa Quraisy, aku akan menyampaikan sebuah informasi
yang aku khawatir akan didengar oleh Muhammad. Maka perhatikanlah
para musyrikin Mekkah berada di atas kami. Sedangkan Bani Quraidzah
suku Yahudi berada di bawah kami dan kami khawatir apabila mereka
mengganggu para wanitadan anak-anak kami. Tidak pernah kami rasakan
malam yang amat gelap seperti ini. Dan angin pada malam itu amat
kencang bertiup. Suara angin bagaikan petir. Kegelapan malam membuat
kami tidak mampu melihat jari tangan kami sendiri.
Kemudian para munafikin meminta izin kepada Rasulullah Saw dengan
berkata: “Rumah-rumah kami terbuka (mudah diserang) bagi musuh –
sebenarnya rumah mereka tidak terbuka- padahal tidak ada seorangpun
yang meminta izin kepada Beliau, pasti Beliau mengizinkannya. Padahal
mereka menyusup ke barisan musuh dan tinggallah kami dengan pasukan
yang berjumlah sekitar 300 orang saja.
%%%
Pada saat itu, berdirilah Nabi Saw dan Beliau memeriksa kondisi kami
satu per satu hingga Beliau menghampiriku dan mendapati bahwa aku
tidak memiliki apa-apa untuk berlindung selain dengan mirth102 miliki
istriku yang hanya sebatas lutut saja.
Kemudian Beliau mendekat ke arahku sedangkan aku bersimpuh
bertekuk diri di tanah. Beliau berkata: “Siapakah ini?” Aku menjawab:
“Saya Hudzaifah.” Ia bertanya lagi: “Hudzaifah?” Aku semakin meringkuk
ke tanah karena aku malas berdiri sebab lapar dan dingin yang aku
rasakan. Aku katakan: “Benar, ya Rasulullah!” Ia bersabda: “Ada sebuah
informasi di pihak musuh. Mnyusuplah pada barisan mereka dan berikan
informasi tersebut kepadaku!”
Berangkatlah aku padahal aku adalah orang yang paling merasa takut
dan merasa amat dingin. Kemudian Rasulullah Saw berdo’a: “Ya Allah
jagalah ia dari depan, belakang, kanan, kiri, atas dan bawahnya!”
Demi Allah, belum lagi do’a Rasul Saw selesai sehingga Allah Swt
menghilangkan dari diriku segala rasa takut serta rasa dingin.
Begitu aku hendak berangkat, Rasulullah Saw memanggilku seraya
bersabda: “Ya Hudzaifah, janganlah kau melakukan apapun juga terhadap
kaum tersebut sebelum kau datang kepadaku!” Kemudian aku menjawab:
“Ya.” Kemudian aku mulai menyusup di tengah kegelapan malam
sehingga aku masuk dalam barisan kaum musyrikin dan aku berpura-pura
menjadi salah seorang dari mereka.
Tidak lama aku di sana, kemudian Abu Sufyan berdiri sambil
berkhutbah:
“Wahai bangsa Quraisy, aku akan menyampaikan sebuah informasi
yang aku khawatir akan didengar oleh Muhammad. Maka perhatikanlah
oleh
masing-masing kalian siapa yang duduk disampingnya.” Maka
akupun kemudian menarik tangan orang yang berada di sampingku dan
aku bertanya kepadanya: “Siapa kamu?” Ia menjawab: “Fulan bin Fulan.”
Kemudian Abu Sufyan meneruskan: “Wahai bangsa Quraisy, Demi
Allah kalian memiliki posisi yang tidak stabil. Kendaraan milik kita telah
rusak. Bani Quraidzah telah meninggalkan kita. Dan kita telah diserang
oleh angin yang begitu kencang seperti yang kalian lihat sendiri.
Berangkatlah kalian, sebab aku akan berangkat.” Kemudian ia naik ke
punggung unta, kemudiania melepaskan talinya. Ia lalu duduk di atas unta
tersebut, kemudian menghentakkannya… Kalau saja Rasulullah Saw tidak
menyuruhku agar aku tidak melakukan apapun juga sehingga aku kembali
kepadanya, pasti aku sudah dapat membunuhnya dengan panah.
Kemudian aku kembali menghadap kepada Nabi Saw dan aku dapati
Beliau sedang berdiri melakukan shalat di atas sebuah mirth milik salah
seorang istrinya. Begitu Beliau melihatku kemudian ia mendekatkan aku ke
arah kakinya dan melemparkan ujung mirth kepadaku dan akupun
menceritakan informasi yang baru aku ketahui. Kemudian Beliau begitu
senang saat mendengarnya lalu memuji Allah Swt.
%%%
Hudzaifah bin Al Yaman menjadi orang yang dipercaya untuk
mengetahui rahasia orang-orang munafik selagi ia hidup. Para khalifah
pun selalu berkonsultasi kepadanya. Bahkan Umar bin Khattab ra bila ada
salah seorang muslim yang meninggal ia akan bertanya: “Apakah
Hudzaifah turut hadir untuk shalat jenazah?” Kalau kaum muslimin
menjawab ya, maka ia pun akan turut shalat. Jika mereka menjawab tidak,
maka khalifah akan ragu dan lebih memilih untuk tidak melakukan shalat
jenazah.
Umar pernah bertanya kepada Hudzaifah suatu saat: “Adakah salah
seorang dari para petugasku yang termasuk kaum munafikin?” Hudzaifah
menjawab: “Ada, satu orang!” Umar berkata: “Tunjukkan kepadaku siapa
orangnya!” Hudzaifah menjawab: “Aku tidak akan melakukannya.”
Hudzaifah berkata: Akan tetapi tidak lama kemudian Umar
melengserkannya seolah Umar telah diberi petunjuk.
Barangkali hanya sedikit kaum muslimin yang mengetahui bahwa
hudzaifah bin al Yaman adalah orang yang telah berjasa kepada kaum
muslimin dalam menaklukan Nahawand, Dinawar, Hamadzan dan Ray103.
Dia juga yang menjadi tokoh dalam menyatukan muslimin untuk
menggunakan satu mushaf Al Qur’an setelah hampir mereka berseteru
tentang Kitabullah.
akupun kemudian menarik tangan orang yang berada di sampingku dan
aku bertanya kepadanya: “Siapa kamu?” Ia menjawab: “Fulan bin Fulan.”
Kemudian Abu Sufyan meneruskan: “Wahai bangsa Quraisy, Demi
Allah kalian memiliki posisi yang tidak stabil. Kendaraan milik kita telah
rusak. Bani Quraidzah telah meninggalkan kita. Dan kita telah diserang
oleh angin yang begitu kencang seperti yang kalian lihat sendiri.
Berangkatlah kalian, sebab aku akan berangkat.” Kemudian ia naik ke
punggung unta, kemudiania melepaskan talinya. Ia lalu duduk di atas unta
tersebut, kemudian menghentakkannya… Kalau saja Rasulullah Saw tidak
menyuruhku agar aku tidak melakukan apapun juga sehingga aku kembali
kepadanya, pasti aku sudah dapat membunuhnya dengan panah.
Kemudian aku kembali menghadap kepada Nabi Saw dan aku dapati
Beliau sedang berdiri melakukan shalat di atas sebuah mirth milik salah
seorang istrinya. Begitu Beliau melihatku kemudian ia mendekatkan aku ke
arah kakinya dan melemparkan ujung mirth kepadaku dan akupun
menceritakan informasi yang baru aku ketahui. Kemudian Beliau begitu
senang saat mendengarnya lalu memuji Allah Swt.
%%%
Hudzaifah bin Al Yaman menjadi orang yang dipercaya untuk
mengetahui rahasia orang-orang munafik selagi ia hidup. Para khalifah
pun selalu berkonsultasi kepadanya. Bahkan Umar bin Khattab ra bila ada
salah seorang muslim yang meninggal ia akan bertanya: “Apakah
Hudzaifah turut hadir untuk shalat jenazah?” Kalau kaum muslimin
menjawab ya, maka ia pun akan turut shalat. Jika mereka menjawab tidak,
maka khalifah akan ragu dan lebih memilih untuk tidak melakukan shalat
jenazah.
Umar pernah bertanya kepada Hudzaifah suatu saat: “Adakah salah
seorang dari para petugasku yang termasuk kaum munafikin?” Hudzaifah
menjawab: “Ada, satu orang!” Umar berkata: “Tunjukkan kepadaku siapa
orangnya!” Hudzaifah menjawab: “Aku tidak akan melakukannya.”
Hudzaifah berkata: Akan tetapi tidak lama kemudian Umar
melengserkannya seolah Umar telah diberi petunjuk.
Barangkali hanya sedikit kaum muslimin yang mengetahui bahwa
hudzaifah bin al Yaman adalah orang yang telah berjasa kepada kaum
muslimin dalam menaklukan Nahawand, Dinawar, Hamadzan dan Ray103.
Dia juga yang menjadi tokoh dalam menyatukan muslimin untuk
menggunakan satu mushaf Al Qur’an setelah hampir mereka berseteru
tentang Kitabullah.
Meski
demikian Hudzaifah bin Al Yaman amat takut kepada Allah akan
dirinya sendiri, dan amat khawatir akan hukuman-Nya.
Saat ia menderita mati menjelang ajal. Beberapa orang sahabat
mendatanginya di tengah malam. Hudzaifah bertanya kepada mereka: “Jam
berapa sekarang?” Mereka menjawab: “Sudah hampir Shubuh.” Ia lalu
berkata: “Aku berlindung kepada Allah dari waktu pagi yang akan
mengantarkan aku ke dalam neraka… Aku berlindung kepada Allah dari
waktu pagi yang akan mengantarkan aku ke dalam neraka.” Kemudian ia
bertanya: “Apakah kalian sudah membawa kafan?” Kemudian ia berkata
lagi: “Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam kain kafan! Jika aku
memiliki kebaikan di sisi Allah, maka aku akan menggantikan kafan
tersebut dengan sebuah kebaikan lagi, Meskipun kebaikan yang lain telah
diambil dari diriku.”
Kemudian ia berdo’a: “Ya Allah, Engkau Maha Mengetahui bahwa aku
lebih memilih hidup miskin daripada kaya. Aku lebih memilih hidup hina
daripada terhormat. Dan aku lebih memilih kematian daripada hidup.”
Kemudian ia berkata sambil melepaskan nafas terakhirnya: “Seorang
kekasih datang untuk menemui yang dirindukannya. Tidak akan beruntung
orang yang menyesal…”
Semoga Allah merahmati Hudzaifah bin Yaman. Dia telah menjadi
tipologi manusia yang jarang terdapat di muka bumi ini.
dirinya sendiri, dan amat khawatir akan hukuman-Nya.
Saat ia menderita mati menjelang ajal. Beberapa orang sahabat
mendatanginya di tengah malam. Hudzaifah bertanya kepada mereka: “Jam
berapa sekarang?” Mereka menjawab: “Sudah hampir Shubuh.” Ia lalu
berkata: “Aku berlindung kepada Allah dari waktu pagi yang akan
mengantarkan aku ke dalam neraka… Aku berlindung kepada Allah dari
waktu pagi yang akan mengantarkan aku ke dalam neraka.” Kemudian ia
bertanya: “Apakah kalian sudah membawa kafan?” Kemudian ia berkata
lagi: “Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam kain kafan! Jika aku
memiliki kebaikan di sisi Allah, maka aku akan menggantikan kafan
tersebut dengan sebuah kebaikan lagi, Meskipun kebaikan yang lain telah
diambil dari diriku.”
Kemudian ia berdo’a: “Ya Allah, Engkau Maha Mengetahui bahwa aku
lebih memilih hidup miskin daripada kaya. Aku lebih memilih hidup hina
daripada terhormat. Dan aku lebih memilih kematian daripada hidup.”
Kemudian ia berkata sambil melepaskan nafas terakhirnya: “Seorang
kekasih datang untuk menemui yang dirindukannya. Tidak akan beruntung
orang yang menyesal…”
Semoga Allah merahmati Hudzaifah bin Yaman. Dia telah menjadi
tipologi manusia yang jarang terdapat di muka bumi ini.
Kisah dan Teladan Sahabat Rasul Hudzaifah bin Yaman
Reviewed by kopi pancong
on
November 12, 2017
Rating:
No comments: