Recent Posts

Iklan Tengah Artikel 2

Kisah dan Teladan Sahabat Rasul Dzu Al Bijadain (Abdullah al-Muzani)

Dzu Al Bijadain
(Abdullah al-Muzani)
“Dunia telah memanggil-manggil Dzul Bijadain. Namun ia telah
menulikan telinganya untuk mendengarkan suara dunia. Ia malah
mengejar akhirat yang ia cari lewat setiap jalan.”
Di sebelah kanan pengelana yang berasal dari Madinah hendak menuju
Mekkah Al Mukarramah ada sebuah gunung hijau yang sejuk dan enak
dipandang mata. Gunung tersebut dikenal dengan Warqan. Yang

menempati gunung ini adalah sebuah kabilah yang dikenal dengan
Muzainah.
%%%
Di salah satu lereng gunung tersebut yang terletak dekat dengan Yatsrib
telah lahir seorang anak bernama Abdul Uzza bin Abd Naham Al Muzani
dari kedua orang tua yang miskin.
Kelahiran bocah ini sesaat sebelum terbitnya cahaya kebenaran dari
Mekkah Al Mukarramah.
Akan tetapi kehendak Allah Swt telah menetapkan bahwa ayah bocah
ini meninggal dunia, padahal bocah tersebut belum juga dapat berjalan.
Maka selain menjadi bocah fakir, ia pun kini menjadi anak yatim.
Akan tetapi bocah yatim dan fakir ini memiliki seorang paman yang
begitu kaya dan memiliki keluasan dalam harta. Paman tadi belum juga
mempunyai anak yang menghiasi hidupnya, atau yang dapat mewarisi
hartanya. Maka ia begitu senang dengan keponakannya ini. Dan ia
menjadikan diri dan hartanya seperti milik bocah tadi, seolah dia adalah
anaknya sendiri.
%%%
Tumbuhlah bocah Al Muzany tadi di pangkuan haribaan gunung
Warqan yang lebat dengan bunga. Maka gunung yang segar tersebut
memberikan pakaian kesantunan dan kelembutan kepada pemuda ini.
Gunung Warqan juga memberikan kejernihannya kepada pemuda ini.
Maka tumbuhlah pemuda ini dengan perasaan yang halus, jiwa yang
bersih dan fitrah yang suci. Dan ini merupakan salah satu sebab lain yang
membuat pamannya semakin cinta kepadanya.
Meskipun pemuda Al Muzany ini sudah tumbuh dewasa sebagaimana
para pria dewasa. Akan tetapi dia belum pernah mendengar kabar tentang
agama yang baru, dan ia tidak mengetahui sedikitpun informasi tentang
pembawa agama ini yaitu Muhammad bin Abdullah Saw.
Hal itu terus berlangsung sehingga kota Yatsrib merayakan hari
bergembiranya dengan kedatangan Rasulullah Saw ke sana sebagai seorang
yang berhijrah.
Maka mulailah pemuda Al Mazini ini mengikuti informasi tentang diri
Rasulullah Saw dan ia terus memantaunya. Sehingga sering kali ia berdiam
diri sepanjang hari di tengah jalan yang menuju Madinah agar ia dapat
bertanya kepada orang yang menuju kesana atau kepada orang yang baru
saja dari sana tentang agama baru dan para pengikutnya. Iapun sering
menanyakan tentang Nabi Saw dan informasi tentang dirinya, sehingga
Allah Swt berkenan melapangkan dadanya yang suci untuk menerima
Islam dan membuka hatinya untuk menyerap cahaya iman.
Maka bersaksilah pemuda ini bahwa tiada Tuhan selain Allah dan
bahwa Muhammad adalah utusan Allah.
Hal itu terjadi, sebelum matanya melihat langsung dengan Rasulullah
Saw atau telinganya mendegarkan sabda-sabda Beliau.
Maka dia menjadi orang pertama yang masuk Islam dari kaumnya yang
berada di gunung Warqan.
%%%
Pemuda Al Muzani ini menyembunyikan keislamannya dari kaumnya
secara umum dan secara khusus dari pamannya. Ia sering pergike sebuah
lereng yang jauh untuk beribadah kepada Allah Swt di sebuah sudutnya
yang jauh dari pandangan manusia.
Ia amat menantikan dengan sangat hari dimana pamannya akan masuk
Islam dan agar ia dapat mengumumkan keislamannya… serta agar ia
beserta pamannya dapat menjumpai Rasulullah Saw, setelah sekian lama ia
ingin sekali berjumpa dengan Rasul yang menimbulkan rasa rindu dan
memenuhi seluruh relung hati dan sanubarinya.
%%%
Ketika pemuda ini mendapati bahwa kesabarannya telah berlangsung
cukup lama, dan pamannya semakin jauh dari Islam. Dan sudah banyak
sekali peperangan yang dilakukan Rasulullah Saw yang telah
meninggalkannya satu demi satu. Maka ia mengambil keputusan –tanpa
berpikir apa yang bakal terjadi pada dirinya- dan ia menghadap pamannya
seraya berkata: “Paman, Aku sudah lama sekali menunggumu agar engkau
masuk Islam sehingga habis kesabaranku. Jika engkau berkenan masuk ke dalam Islam dan sehingga Allah menetapkan kebahagian bagimu maka itu
amat baik jika engkau lakukan. Jika engkau tidak berkenan, maka
izinkanlah aku untuk mengumumkan keislamanku di depan manusia.
%%%
Begitu ucapan pemuda ini mampir di telinga pamannya, maka sang
paman langsung emosi dan berkata: “Aku bersumpah demi Lata dan Uzza,
jika engkau masuk Islam maka aku akan mengambil semua yang ada di
tanganmu yang pernah aku berikan. Dan aku akan membiarkanmu hidup
miskin. Dan aku tidak akan perduli bila kau membutuhkan atau
kelaparan!”
Ancaman ini tidak membuat pemuda yang beriman ini menjadi gentar.
Dan ia tidak ragu dengan tekad yang sudah ditanamkan.
Maka pamannya meminta bantuan kepada kaumnya untuk
menghadapi dirinya. Maka mereka langsung memberikan ancaman dan
rayuan kepadanya. Dan ia pun berkata kepada mereka: “Lakukanlah segala
yang kalian inginkan, dan aku akan tetap menjadi pengikut Muhammad,
meninggalkan penyembahan batu dan berpaling ke arah penyembahan
kepada Allah Yang Esa dan Maha Perkasa! Terserah kepada kalian sendiri”
Maka serta-merta pamannya mengambil kembali apa yang telah
diberikan kepadanya. Ia juga tidak memberikan pertolongannya dan
mengharamkan dirinya untuk berbuat baik kepada pemuda ini lagi. Dan ia
tidak menyisakan apa-apa untuk pemuda ini selain pakaian yang menutupi
auratnya saja.
%%%
Berangkatlah pemuda Al Muzani ini untuk berhijrah demi
menyelamatkan agamanya menuju Allah dan Rasul-Nya. Ia pergi
meninggalkan kampung tempat ia dilahirkan dan ia bermain-main
sewaktu kecil. Ia berpaling dari kekayaan dan kenikmatan yang dimiliki
oleh pamannya, dan ia berharap akan mendapatkan ganjaran dan pahala
dari sisi Allah Swt.
Ia menyusuri langkah menuju Madinah dengan didorong oleh
kerinduan yang sudah mencabik-cabik hatinya.
Begitu ia hampir tiba di Yatsrib maka ia merobek bajunya sehingga
menjadi dua bagian. Bagian pertama ia jadikan sebagai sarung dan satunya
lagi ia jadikan pakaian.
Kemudian ia menuju masjid Rasulullah Saw dan menginap di sana pada
malam itu.
Begitu fajar sudah menjelang, ia berdiri dekat dari pintu kamar Nabi
Saw. Ia mengawasi –dengan kerinduan dan kecintaan- munculnya Nabi
Saw dari kamar Beliau.
Begitu pandangannya melihat ke arah Nabi Saw, maka melelehlah air
mata kebahagiaan dan ia merasa seolah hatinya hendak meloncat dari
dadanya untuk memberikan tahiyat dan salam kepada Beliau.
%%%
Begitu shalat telah selesai dikerjakan, Nabi Saw –sebagaimana biasamemperhatikan wajah-wajah orang yang hadir dan akhirnya Beliau
melihat pemuda Al Muzani ini dan bertanya: “Dari suku mana engkau,
wahai pemuda?” Maka pemuda tadi menyebutkan nasabnya. Rasul
bertanya kepadanya: “Siapa namamu?” Ia menjawab: “Abdul Uzza (Hamba
Uzza).” Rasul membalas: “Ganti dengan Abdullah (Hamba Allah)!”
Kemudia Rasul mendekat ke arahnya dan bersabda: “Tinggallah di
dekat kami, dan bergabunglah bersama para tamu kami!”
Maka sejak saat itu, semua manusia memanggilnya dengan nama
Abdullah.
Dan para sahabat Rasul Saw memberinya gelar dengan Dzul Bijadain
setelah mereka melihat bijadaih dan mereka tidak mau menceritakannya.
Maka Bijadaih ini lebih terkenal dalam sejarah dari pada gelar yang
diberikan kepadanya.
%%%
Janganlah Anda menanyakan –wahai pembaca yang budiman-tentang
kebahagiaan Dzul Bijadain saat ia menjadi orang yang tinggal di bawah
asuhan Rasulullah dan senantiasa mengikuti seluruh majlis Beliau. Ia turut
serta shalat dibelakang Beliau. Menyerap dari seluruh petunjuk Beliau. Dan
puas dengan akhlak Beliau yang begitu mulia.
%%%
Dunia dulu pernah memanggil-manggilnya, namun ia telah menulikan
telinganya untuk mendengarkan suara dunia. Dia malah menuju akhirat
yang ia cari lewat jalan apa saja:
Ia mencari akhirat dengan do’a yang selalu ia panjatkan dengan rasa
takut dan khusyuk. Sehingga para sahabat menamakannya sebagai Al
Awwah (Orang yang sering merintih saat do’a karena takut kepada Allah).
Ia mencari akhirat dengan Al Qur’an. Sehingga ia tidak pernah berhenti
menebarkan aroma semerbak ayat-ayat Al Qur’an di seluruh penjuru
masjid Rasulullah Saw.
Ia juga mencari akhirat dengan cara berjihad. Dan ia tidak pernah
terlewat dari satu pun peperangan yang pernah dilakukan oleh Rasulullah
Saw.
Dalam perang Tabuk, Dzul Bijadain meminta Rasulullah Saw agar
berdo’a untuknya agar ia diberikan syahadah (mati sebagai syahid). Namun
Rasul Saw mendo’akan agar darah Dzul Bijadain terjaga dari pedang
pasukan kafin.
Maka ia berkata kepada Rasul: “Demi ibu dan bapakku, ya Rasulullah.
Bukan ini yang aku inginkan.” Maka bersabdalah Rasulullah Saw: “Jika
engkau berangkat berjuang di jalan Allah, kemudian engkau sakit dan mati,
maka engkau akan dicatat sebagai seorang syahid. Jika hewan
kendaraanmu mengamuk dan engkau pun jatuh darinya sehingga engkau
mati, maka engkau pun syahid karenanya.”
%%%
Tidak berselang satu hari dan satu malam sejak pembicaraan ini
sehingga pemuda Al Muzani tadi terserang penyakit demam yang
menyebabkan ia tewas.
Sunguh ia meninggal dalam kondisi berhijrah karena Allah. Berjihad di
jalannya. Jauh dari keluarga dan kerabat. Terasing dari kampung halaman.
Dan Allah akan membalas semua itu dengan kebaikan yang terbaik.
Para sahabat yang mulya telah mengantarkan jasadnya ke kubur
dengan kaki-kaki mereka yang suci.
Rasul pun turun ke lubang untuk menguburkannya, lalu
menempatkannya di dalam tanah dengan kedua tangan Beliau yang mulya.
Yang membawa jasadnya dari luar dan mengantarkannya kepada Rasul
yang menunggu di bawah kubur adalah Abu Bakar dan Umar, sehingga
Rasul berkata kepada keduanya: “Dekatkan kepadaku saudara kalian ini!”
Maka keduanya melepaskan tubuh Al Muzani ini hingga sampai ke tangan
Rasul Saw.
Dan Abdullah bin Mas’ud berdiri memperhatikan pemandangan semua
ini. Ia berkata: “Andai saja aku yang menjadi penghuni lubang kubur ini.
Demi Allah, aku ingin sekali seperti dia, padahal aku telah masuk Islam 15
tahun lebih dulu darinya.”





Kisah dan Teladan Sahabat Rasul Dzu Al Bijadain (Abdullah al-Muzani) Kisah dan Teladan Sahabat Rasul Dzu Al Bijadain (Abdullah al-Muzani) Reviewed by kopi pancong on November 15, 2017 Rating: 5

3 comments:

Powered by Blogger.