Abu Al Ash Bin Al
Rabi
“Abu Al Ash Berbicara Kepadaku & Ia Membenarkanku, Ia Berjanji
Kepadaku & Ia Menepatinya Untukku.” (Muhammad Rasulullah)
Abu Al Ash bin Al Rabi adalah seorang dari suku Al Absyami132 yang
berafiliasi ke suku Quraisy. Dia adalah seorang pemuda yang bagus
posturnya, dan membuat iri orang yang melihatnya. Kenikmatan hidup
telah datang pada dirinya dan ia juga memiliki garis keturunan yang mulia.
Maka ia menjadi idola bagi para penunggang kuda bangsa Arab karena ia
memiliki semua faktor yang dapat dijadikan kebanggan dirinya. Dia juga
memiliki ciri-ciri manusia yang punya harga diri dan berkomitmen serta
orang yang mempunyai semua peninggalan leluhurnya.
%%%
Abu Al Ash telah mewariskan hobby dagang Quraisy pada dirinya
sehingga selalu melakukan ekspedisi pada waktu musim dingin dan musim
panas133. Kafilahnya tidak pernah berhenti melakukan perjalanan pulangpergi Mekkah-Syam. Kafilah yang ia miliki terdiri dari 100 unta dan 200
orang. Banyak manusia yang menyerahkan harta mereka untuk ia
perdagangkan bersama dengan harta yang ia miliki. Mereka begitu percaya
kepadanya karena mereka sudah mengetahui kecerdasan, kejujuran dan
sifat amanahnya.
%%%
Bibinya yang bernama Khadijah binti Khuwailid istri Nabi Muhammad
bin Abdullah menjadikan ia seperti anak sendiri. Khadijah menempatkan
Abul Ash di hati dan rumahnya sebuah tempat yang terhormat yang
dipenuhi dnegan rasa cinta dan penerimaan.
Kecintaan Muhammad bin Abdullah pun kepada Abul Ash tidak kalah
dari kecintaan Khadijah kepadanya.
%%%
Waktu berjalan tahun demi tahun menghampiri rumah keluarga
Muhammad bin Abdullah. Anak putri tertua Beliau yang bernama Zainab
sudah beranjak remaja. Ia sudah mekar bak sekuntum bunga yang harum
semerbak. Maka jangak sekali para putara pembesar Mekkah yang hendak
meminangnya.
Bagaimana tidak?! Padahal Zainab adalah salah seorang putri Quraisy
yang berasal dari garis keturunan terpandang. Orang tuanya adalah
manusia terhormat, dan ia adalah gadis yang paling cerdas dan berakhlak
di sana.
Akan tetapi, bagaimana mereka dapat meminang Zainab?!
Sebabnya mereka terhalang oleh sepupu Zainab senidir yang bernama
Abul Ash bin Al Rabi yang juga seorang pemuda Mekkah!!
%%%
Hanya beberapa tahun setelah Zainab binti Muhammad dinikahkan
dengan Abul Ash, maka terbitlah cahaya Ilahi yang begitu mulia di dataran
Mekkah. Dan Allah Swt mengutus Nabi-Nya yang bernama Muhammad
untuk membawa agama petunjuk dan kebenaran. Allah juga
memerintahkan Beliau untuk memberikan peringatan kepada keluarganya
yang terdekat. Maka mereka yang pertama kali beriman kepada Beliau
adalah istrinya Khadijah binti Khuwailid, para putrinya yang bernama
Zainab, Ruqayah, Ummu Kultsum dan Fathimah134, meskipun pada saat
itu Fathimah masih berusia belia.
Akan tetapi menantu Beliau Abul Ash enggan untuk meninggalkan
agama leluhurnya dan menolak untuk masuk Islam sebagaimana yang
dilakukan oleh istrinya, meskipun Abul Ash amat mencintai istrinya dan
memberikan seluruh hatinya untuk Zainab.
%%%
Begitu pertentangan antara Rasulullah Saw dan Quraisy semakin sengit,
maka sebagian mereka ada yang berkata: “Payah kalian! Kalian akan dapat
membuat Muhammad galau karena kalian pernah menikahkan putra
kalian dengan salah satu putrinya. Kalau kalian kembalikan putri tersebut
kepadanya, pasti ia akan kerepotan mengurusi mereka!”
Maka Quraisy yang lain menjawab: “Alangkah bagusnya pendapat
mu.” Lalu mereka mendatangi Abul Ash dan berkata kepadanya: “Ceraikan
istrimu, wahai Abul Ash dan pulangkan ia ke rumah orang tuanya. Kami
akan menikahkanmu dengan wanita mana saja yang paling cantik dari
suku Quraisy.”
Abul Ash menjawab: “Demi Allah, aku tidak akan menceraikan istriku.
Aku tidak mau menikahi semua wanita di dunia ini selain dia.”
“Abu Al Ash Berbicara Kepadaku & Ia Membenarkanku, Ia Berjanji
Kepadaku & Ia Menepatinya Untukku.” (Muhammad Rasulullah)
Abu Al Ash bin Al Rabi adalah seorang dari suku Al Absyami132 yang
berafiliasi ke suku Quraisy. Dia adalah seorang pemuda yang bagus
posturnya, dan membuat iri orang yang melihatnya. Kenikmatan hidup
telah datang pada dirinya dan ia juga memiliki garis keturunan yang mulia.
Maka ia menjadi idola bagi para penunggang kuda bangsa Arab karena ia
memiliki semua faktor yang dapat dijadikan kebanggan dirinya. Dia juga
memiliki ciri-ciri manusia yang punya harga diri dan berkomitmen serta
orang yang mempunyai semua peninggalan leluhurnya.
%%%
Abu Al Ash telah mewariskan hobby dagang Quraisy pada dirinya
sehingga selalu melakukan ekspedisi pada waktu musim dingin dan musim
panas133. Kafilahnya tidak pernah berhenti melakukan perjalanan pulangpergi Mekkah-Syam. Kafilah yang ia miliki terdiri dari 100 unta dan 200
orang. Banyak manusia yang menyerahkan harta mereka untuk ia
perdagangkan bersama dengan harta yang ia miliki. Mereka begitu percaya
kepadanya karena mereka sudah mengetahui kecerdasan, kejujuran dan
sifat amanahnya.
%%%
Bibinya yang bernama Khadijah binti Khuwailid istri Nabi Muhammad
bin Abdullah menjadikan ia seperti anak sendiri. Khadijah menempatkan
Abul Ash di hati dan rumahnya sebuah tempat yang terhormat yang
dipenuhi dnegan rasa cinta dan penerimaan.
Kecintaan Muhammad bin Abdullah pun kepada Abul Ash tidak kalah
dari kecintaan Khadijah kepadanya.
%%%
Waktu berjalan tahun demi tahun menghampiri rumah keluarga
Muhammad bin Abdullah. Anak putri tertua Beliau yang bernama Zainab
sudah beranjak remaja. Ia sudah mekar bak sekuntum bunga yang harum
semerbak. Maka jangak sekali para putara pembesar Mekkah yang hendak
meminangnya.
Bagaimana tidak?! Padahal Zainab adalah salah seorang putri Quraisy
yang berasal dari garis keturunan terpandang. Orang tuanya adalah
manusia terhormat, dan ia adalah gadis yang paling cerdas dan berakhlak
di sana.
Akan tetapi, bagaimana mereka dapat meminang Zainab?!
Sebabnya mereka terhalang oleh sepupu Zainab senidir yang bernama
Abul Ash bin Al Rabi yang juga seorang pemuda Mekkah!!
%%%
Hanya beberapa tahun setelah Zainab binti Muhammad dinikahkan
dengan Abul Ash, maka terbitlah cahaya Ilahi yang begitu mulia di dataran
Mekkah. Dan Allah Swt mengutus Nabi-Nya yang bernama Muhammad
untuk membawa agama petunjuk dan kebenaran. Allah juga
memerintahkan Beliau untuk memberikan peringatan kepada keluarganya
yang terdekat. Maka mereka yang pertama kali beriman kepada Beliau
adalah istrinya Khadijah binti Khuwailid, para putrinya yang bernama
Zainab, Ruqayah, Ummu Kultsum dan Fathimah134, meskipun pada saat
itu Fathimah masih berusia belia.
Akan tetapi menantu Beliau Abul Ash enggan untuk meninggalkan
agama leluhurnya dan menolak untuk masuk Islam sebagaimana yang
dilakukan oleh istrinya, meskipun Abul Ash amat mencintai istrinya dan
memberikan seluruh hatinya untuk Zainab.
%%%
Begitu pertentangan antara Rasulullah Saw dan Quraisy semakin sengit,
maka sebagian mereka ada yang berkata: “Payah kalian! Kalian akan dapat
membuat Muhammad galau karena kalian pernah menikahkan putra
kalian dengan salah satu putrinya. Kalau kalian kembalikan putri tersebut
kepadanya, pasti ia akan kerepotan mengurusi mereka!”
Maka Quraisy yang lain menjawab: “Alangkah bagusnya pendapat
mu.” Lalu mereka mendatangi Abul Ash dan berkata kepadanya: “Ceraikan
istrimu, wahai Abul Ash dan pulangkan ia ke rumah orang tuanya. Kami
akan menikahkanmu dengan wanita mana saja yang paling cantik dari
suku Quraisy.”
Abul Ash menjawab: “Demi Allah, aku tidak akan menceraikan istriku.
Aku tidak mau menikahi semua wanita di dunia ini selain dia.”
Adapun kedua putri
Rasulullah Saw yang lain yang bernama Ruqayyah
dan Ummu Kultsum, mereka berdua telah dicerai dan dikembalikan ke
rumah orang tuanya. Maka senanglah hati Rasulullah Saw dengan
kembalinya kedua putri tadi ke pangkuannya, dan Beliau berharap bahwa
Abul Ash akan melakukan hal yang sama, namun Rasulullah Saw tidak
memiliki kekuatan untuk memaksakan kehendak tersebut, dan lagi pula
pada saat itu belum disyariatkan bahwa mengawinkan perempuan mukmin
kepada pria musyrik adalah haram.
%%%
Begitu Rasulullah Saw berhijrah ke Madinah dan Beliau semakin
memiliki pendukung dan kekuatan di sana, maka pihak Quraisy berangkat
untuk membunuh Beliau di Badr. Maka Abul Ash pun turut serta dengan
kondisi terpaksa. Sebab ia sendiri tidak ingin memerangi kaum muslimin,
apalagi mengalahkan mereka. Akan tetapi posisinya di masyarakat yang
membuatnya harus turut serta dalam keberangkatan ini. Perang Badr
berakhir dengan kekalahan di pihak Quraisy yang telah mampu
mengalahkan kekuatan syirik dan mematahkan punggung orang-orang
yang ke lewat batas. Sebagian dari mereka terbunuh. Sebgaian lagi
tertawan. Dan sebagian lagi menyelamatkan diri dengan berlari dari medan
perang.
Dan termasuk orang-orang yang menjadi tawanan adalah Abul Ash,
suami Zainab binti Muhammad Saw.
%%%
Rasulullah Saw menetapkan tebusan atas para tawanan tersebut agar
mereka dapat dibebaskan. Tebusan tersebut berkisar antara 1000-4000
dirham sesuai status dan kekayaan tawanan tersebut.
Dan mulailah banyak utusan yang bolak-balik Mekkah-Madinah
dengan membawa harta yang berasal dari uang tebusan tawanan.
Maka Zainab pun mengirimkan seorang utusannya ke Madinah yang
membawa uang tebusan atas suaminya Abul Ash. Dan sebagai tebusannya
adalah kalung yang dihadiahkan ibunya Khadijah binti Khuwailid saat
Zainab akan melangsungkan perkawinan… Begitu Rasulullah Saw melihat
kalung tersebut, maka wajah Beliau langsung dirundung kesedihan yang
mendalam, dan Beliau menjadi begitu kasihan kepada putrinya. Lalu Rasul
melihat ke arah para sahabatnya dan bersabda: “Zainab telah mengirimkan
harta ini untuk menebus Abul Ash. Jika kalian berkenan untuk
membebaskan tawanan ini baginya dan mengembalikan hartanya, maka
lakukanlah!”
Maka para sahabat menjawab: “Baik. Kami akan melakukannya agar
hatimu senang, ya Rasulullah
dan Ummu Kultsum, mereka berdua telah dicerai dan dikembalikan ke
rumah orang tuanya. Maka senanglah hati Rasulullah Saw dengan
kembalinya kedua putri tadi ke pangkuannya, dan Beliau berharap bahwa
Abul Ash akan melakukan hal yang sama, namun Rasulullah Saw tidak
memiliki kekuatan untuk memaksakan kehendak tersebut, dan lagi pula
pada saat itu belum disyariatkan bahwa mengawinkan perempuan mukmin
kepada pria musyrik adalah haram.
%%%
Begitu Rasulullah Saw berhijrah ke Madinah dan Beliau semakin
memiliki pendukung dan kekuatan di sana, maka pihak Quraisy berangkat
untuk membunuh Beliau di Badr. Maka Abul Ash pun turut serta dengan
kondisi terpaksa. Sebab ia sendiri tidak ingin memerangi kaum muslimin,
apalagi mengalahkan mereka. Akan tetapi posisinya di masyarakat yang
membuatnya harus turut serta dalam keberangkatan ini. Perang Badr
berakhir dengan kekalahan di pihak Quraisy yang telah mampu
mengalahkan kekuatan syirik dan mematahkan punggung orang-orang
yang ke lewat batas. Sebagian dari mereka terbunuh. Sebgaian lagi
tertawan. Dan sebagian lagi menyelamatkan diri dengan berlari dari medan
perang.
Dan termasuk orang-orang yang menjadi tawanan adalah Abul Ash,
suami Zainab binti Muhammad Saw.
%%%
Rasulullah Saw menetapkan tebusan atas para tawanan tersebut agar
mereka dapat dibebaskan. Tebusan tersebut berkisar antara 1000-4000
dirham sesuai status dan kekayaan tawanan tersebut.
Dan mulailah banyak utusan yang bolak-balik Mekkah-Madinah
dengan membawa harta yang berasal dari uang tebusan tawanan.
Maka Zainab pun mengirimkan seorang utusannya ke Madinah yang
membawa uang tebusan atas suaminya Abul Ash. Dan sebagai tebusannya
adalah kalung yang dihadiahkan ibunya Khadijah binti Khuwailid saat
Zainab akan melangsungkan perkawinan… Begitu Rasulullah Saw melihat
kalung tersebut, maka wajah Beliau langsung dirundung kesedihan yang
mendalam, dan Beliau menjadi begitu kasihan kepada putrinya. Lalu Rasul
melihat ke arah para sahabatnya dan bersabda: “Zainab telah mengirimkan
harta ini untuk menebus Abul Ash. Jika kalian berkenan untuk
membebaskan tawanan ini baginya dan mengembalikan hartanya, maka
lakukanlah!”
Maka para sahabat menjawab: “Baik. Kami akan melakukannya agar
hatimu senang, ya Rasulullah
Namun Anbi Saw mensyaratkan
kepada Abul Ash sebelum Beliau
melepaskannya agar Abul Ash mau mengirimkan putrinya Zainab segera
tanpa tunda-tunda.
Begitu Abul Ash tiba di Mekkah, ia langsung segera menepati janjinya.
Ia langsung memerintahkan istrinya untuk bersiap-siap pergi, dan ia
memberitahu Zainab bahwa utusan ayahnya menunggu Zainab tidak jauh
dari Mekkah. Abul Ash juga menyiapkan bekal dan kendaraan buat Zainab,
dan ia mengutus saudaranya yang bernama Amr bin Al Rabi untuk
mendampingi Zainab dan menyerahkannya secara langsung kepada para
utusan tadi.
%%%
Amr bin Rabi sudah menyandangkan busur panahnya dan ia pun tidak
lupa membawa sekantung penuh anak panah. Dan ia menempatkan Zainab
dalam haudaj135. Dan Amr berangkat bersama Zainab dari Mekkah dengan
terang-terangan di siang hari dan disaksikan oleh para penduduk Quraisy.
Maka para penduduk Quraisy pun menjadi berang melihatnya, mereka pun
segera menyusul keduanya sehingga tidak terlalu jauh lagi. Mereka telah
membuat Zainab menjadi takut dan cemas.
Di saat itu Amr mulai menyiapkan busur panahnya dan
menghamburkan anak panahnya dihadapan. Ia berkata: “Demi Allah, tidak
ada orang yang bisa mendekatinya kecuali akan terkena sebuah anak
panah ini di lehernya.” Amr adalah seorang pemanah handal yang jarang
meleset.
Lalu Abu Sufyan bin Harb menghampiri Amr –Abu Sufyan juga
menyusul para penduduk Quraisy ini- Abu Sufyan berkata kepadanya:
“Wahai keponakanku, tolong turunkan anak panahmu sehingga kami
dapat berbicara kepadamu!” Maka Amr pun menurunkan anak panahnya.
Abu Sufyan berkata: “Langkah yang kau tempuh adalah keliru. Engkau
telah membawa Zainab pergi secara terang-terangan dan diketahui oleh
orang-orang, dan mata kami menyaksikannya. Bangsa Arab semuanya
telah mengetahui tentang kekalahan kami di Badr, dan apa yang telah kami
terima dari ulah ayahnya yang bernama Muhammad.
Jika engkau membawa putrinya secara terang-terangan –seperti yang
engkau lakukan- maka para kabilah yang ada akan menuduh kita sebagai
kabilah pengecut dan mereka akan menyebut kami sebagai orang yang
kalah dan pecundang. Bawalah kembali ia pulang! Biarkan ia menetap di
rumah suaminya dalam beberapa hari, sehingga bila orang-orang sudah
mengatakan bahwa kami sudah pulih, maka bawalah ia pergi dengan
sembunyi-sembunyi. Dan antarkanlah dia ke ayahnya. Dan kami tidak
merasa perlu untuk menahannya.
melepaskannya agar Abul Ash mau mengirimkan putrinya Zainab segera
tanpa tunda-tunda.
Begitu Abul Ash tiba di Mekkah, ia langsung segera menepati janjinya.
Ia langsung memerintahkan istrinya untuk bersiap-siap pergi, dan ia
memberitahu Zainab bahwa utusan ayahnya menunggu Zainab tidak jauh
dari Mekkah. Abul Ash juga menyiapkan bekal dan kendaraan buat Zainab,
dan ia mengutus saudaranya yang bernama Amr bin Al Rabi untuk
mendampingi Zainab dan menyerahkannya secara langsung kepada para
utusan tadi.
%%%
Amr bin Rabi sudah menyandangkan busur panahnya dan ia pun tidak
lupa membawa sekantung penuh anak panah. Dan ia menempatkan Zainab
dalam haudaj135. Dan Amr berangkat bersama Zainab dari Mekkah dengan
terang-terangan di siang hari dan disaksikan oleh para penduduk Quraisy.
Maka para penduduk Quraisy pun menjadi berang melihatnya, mereka pun
segera menyusul keduanya sehingga tidak terlalu jauh lagi. Mereka telah
membuat Zainab menjadi takut dan cemas.
Di saat itu Amr mulai menyiapkan busur panahnya dan
menghamburkan anak panahnya dihadapan. Ia berkata: “Demi Allah, tidak
ada orang yang bisa mendekatinya kecuali akan terkena sebuah anak
panah ini di lehernya.” Amr adalah seorang pemanah handal yang jarang
meleset.
Lalu Abu Sufyan bin Harb menghampiri Amr –Abu Sufyan juga
menyusul para penduduk Quraisy ini- Abu Sufyan berkata kepadanya:
“Wahai keponakanku, tolong turunkan anak panahmu sehingga kami
dapat berbicara kepadamu!” Maka Amr pun menurunkan anak panahnya.
Abu Sufyan berkata: “Langkah yang kau tempuh adalah keliru. Engkau
telah membawa Zainab pergi secara terang-terangan dan diketahui oleh
orang-orang, dan mata kami menyaksikannya. Bangsa Arab semuanya
telah mengetahui tentang kekalahan kami di Badr, dan apa yang telah kami
terima dari ulah ayahnya yang bernama Muhammad.
Jika engkau membawa putrinya secara terang-terangan –seperti yang
engkau lakukan- maka para kabilah yang ada akan menuduh kita sebagai
kabilah pengecut dan mereka akan menyebut kami sebagai orang yang
kalah dan pecundang. Bawalah kembali ia pulang! Biarkan ia menetap di
rumah suaminya dalam beberapa hari, sehingga bila orang-orang sudah
mengatakan bahwa kami sudah pulih, maka bawalah ia pergi dengan
sembunyi-sembunyi. Dan antarkanlah dia ke ayahnya. Dan kami tidak
merasa perlu untuk menahannya.
Maka Amr menerima usulan
tersebut, dan ia mengembalikan Zainab ke
Mekkah.
Setelah beberapa hari ia mengajak Zainab berangkat pada suatu malam,
dan ia menyerahkan Zainab kepada utusan ayahnya secara langsung
sebagaimana yang telah dipesankan oleh saudaranya.
%%%
Abul Ash masih tinggal di Mekkah setelah berpisah sekian lama dari
istrinya. Hingga beberapa saat sebelum terjadinya Fathu Makkah. Ia pergi
ke Syam dalam sebuah ekspedisi perdagangannya. Begitu ia pulang menuju
Mekkah dan saat itu ia membawa rombongannya yang mencapai 100 unta
dan para pembantunya yang hampir berjumlah 170 orang, mereka
terhadang oleh sebuah pasukan Rasulullah Saw yang berada di dekat
Madinah. Maka pasukan tadi mengambil barang-barang dagangan dan
menawan para pembantunya. Akan tetapi Abul Ash berhasil melarikan diri
dan tidak ditangkap.
Begitu malam sudah semakin gelap,dan Abul Ash pun berlindung
dengan kegelapan malam. Ia memasuki Madinah dengan sembunyisembunyi dan penuh rasa takut. Ia terus berjalan hingga menemui Zainab.
Ia meminta perlindungan kepada Zainab, dan Zainab pun melindunginya.
%%%
Begitu Rasulullah Saw hendak keluar rumah untuk melakukan shalat
Fajar dan berdiri tegak di dalam mihrabnya kemudian Beliau mengucapkan
takbiratul ihram dan semua orang pun mengikuti ucapan takbir Beliau,
maka berteriaklah Zainab dari shuffah perempuan sambil berkata: “Wahai
manusia, saya adalah Zainab binti Muhammad. Aku telah memberi
perlindungan kepada Abul Ash, maka kalian harus memberikan
perlindungan baginya!”
Begitu Rasulullah Saw selesai melakukan shalat, Beliau menoleh ke arah
manusia yang ada di belakangnya dan bertanya: “Apakah kalian
mendengar apa yang telah aku dengarkan?” Mereka menjawab: “Ya, kami
mendengarnya ya Rasul.” Beliau lalu bersabda: “Demi jiwaku yang berada
dalam kekuasaannya, aku tidak tahu hal tersebut sehingga aku
mendengarkan seperti apa yang telah kalian dengar. Dan ia telah
memberikan perlindungan kepada orang selain muslim.” Kemudian Beliau
kembali ke rumah dan berkata kepada putrinya: “Berikanlah tempat
terhormat kepada Abul Ash, dan ketahuilah bahwa kamu tidak halal lagi
bagi dirinya.”
Kemudian Rasulullah saw memanggil para pasukan yang telah
mengambil barang-barang dan menawan para pembantu Abul Ash. Rasul
bersabda kepada mereka: “Orang ini adalah anggota keluarga kami
sebagaimana kalian telah ketahui. Kalian telah mengambil hartanya. Jika
kalian berbaik hati dan mengembalikan harta yang ia miliki, maka itulah
Mekkah.
Setelah beberapa hari ia mengajak Zainab berangkat pada suatu malam,
dan ia menyerahkan Zainab kepada utusan ayahnya secara langsung
sebagaimana yang telah dipesankan oleh saudaranya.
%%%
Abul Ash masih tinggal di Mekkah setelah berpisah sekian lama dari
istrinya. Hingga beberapa saat sebelum terjadinya Fathu Makkah. Ia pergi
ke Syam dalam sebuah ekspedisi perdagangannya. Begitu ia pulang menuju
Mekkah dan saat itu ia membawa rombongannya yang mencapai 100 unta
dan para pembantunya yang hampir berjumlah 170 orang, mereka
terhadang oleh sebuah pasukan Rasulullah Saw yang berada di dekat
Madinah. Maka pasukan tadi mengambil barang-barang dagangan dan
menawan para pembantunya. Akan tetapi Abul Ash berhasil melarikan diri
dan tidak ditangkap.
Begitu malam sudah semakin gelap,dan Abul Ash pun berlindung
dengan kegelapan malam. Ia memasuki Madinah dengan sembunyisembunyi dan penuh rasa takut. Ia terus berjalan hingga menemui Zainab.
Ia meminta perlindungan kepada Zainab, dan Zainab pun melindunginya.
%%%
Begitu Rasulullah Saw hendak keluar rumah untuk melakukan shalat
Fajar dan berdiri tegak di dalam mihrabnya kemudian Beliau mengucapkan
takbiratul ihram dan semua orang pun mengikuti ucapan takbir Beliau,
maka berteriaklah Zainab dari shuffah perempuan sambil berkata: “Wahai
manusia, saya adalah Zainab binti Muhammad. Aku telah memberi
perlindungan kepada Abul Ash, maka kalian harus memberikan
perlindungan baginya!”
Begitu Rasulullah Saw selesai melakukan shalat, Beliau menoleh ke arah
manusia yang ada di belakangnya dan bertanya: “Apakah kalian
mendengar apa yang telah aku dengarkan?” Mereka menjawab: “Ya, kami
mendengarnya ya Rasul.” Beliau lalu bersabda: “Demi jiwaku yang berada
dalam kekuasaannya, aku tidak tahu hal tersebut sehingga aku
mendengarkan seperti apa yang telah kalian dengar. Dan ia telah
memberikan perlindungan kepada orang selain muslim.” Kemudian Beliau
kembali ke rumah dan berkata kepada putrinya: “Berikanlah tempat
terhormat kepada Abul Ash, dan ketahuilah bahwa kamu tidak halal lagi
bagi dirinya.”
Kemudian Rasulullah saw memanggil para pasukan yang telah
mengambil barang-barang dan menawan para pembantu Abul Ash. Rasul
bersabda kepada mereka: “Orang ini adalah anggota keluarga kami
sebagaimana kalian telah ketahui. Kalian telah mengambil hartanya. Jika
kalian berbaik hati dan mengembalikan harta yang ia miliki, maka itulah
cara yang kami suka. Jika
kalian menolak, maka harta tersebut adalah
fay’136 yang telah diberikan Allah kepada kalian. Dan kalian berhak atas
harta tersebut.”
Mereka menjawab: “Kami akan mengembalikan harta tersebut
kepadanya, ya Rasulullah.”
Begitu Abul Ash datang untuk mengambil kembali hartanya, para
pasukan tadi berkata kepadanya: “Ya Abul Ash, engkau memiliki
kedudukan yang mulia dalam suku Quraisy. Engkau adalah sepupu
Rasulullah sekaligus menantunya. Apakah engkau tidak mau masuk ke
dalam Islam? Kami akan memberikan semua harta ini kepadamu sehingga
engkau akan merasa nikmat seperti engkau telah memilikinya saat di
Mekkah, dan engkau dapat tinggal bersama kami di Madinah?”
Abul Ash menjawab: “Alangkah buruknya ajakan kalian agar aku
memulai agamaku yang baru dengan sebuah pengkhianatan.”
Kemudian berangkatlah Abul Ash bersama hartanya ke Mekkah.
Sesampainya di sana, ia membagikan hasil keuntungan kepada setiap orang
yang ikut serta dalam permodalan. Lalu ia berkata: “Wahai bangsa Quraisy,
apakah masih ada orang yang belum mengambil hartanya dariku?” Mereka
menjawab: “Tidak… semoga Allah membalas kebaikanmu kepada kami.
Kami mengenalmu sebagai orang yang menepati janji dan pemurah.”
Lalu Abul Ash berkata: “Karena aku sudah memenuhi hak-hak kalian,
maka aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah
Rasulullah. Demi Allah, tidak ada yang menghalangiku untuk masuk Islam
saat bersama Muhammad di Madinah kecuali karena aku khawatir bahwa
kalian akan mengira bahwa aku akan memakan semua harta kalian. Begitu
Allah sudah mengembalikan harta tersebut kepada kalian, dan aku pun
sudah terbebas dari harta tersebut, maka aku akan masuk Islam!”
Kemudian ia berangkat sehingga ia menemui Rasulullah Saw, dan Rasul
pun menyambutnya dengan hangat. Rasul juga mengembalikan istrinya
kepadanya. Dan Rasul Saw bersabda tentang dirinya: “Dia telah berbicara
denganku lalu ia mempercayaiku. Ia telah berjanji kepadaku, dan kini ia
telah menepatinya untukku.”
fay’136 yang telah diberikan Allah kepada kalian. Dan kalian berhak atas
harta tersebut.”
Mereka menjawab: “Kami akan mengembalikan harta tersebut
kepadanya, ya Rasulullah.”
Begitu Abul Ash datang untuk mengambil kembali hartanya, para
pasukan tadi berkata kepadanya: “Ya Abul Ash, engkau memiliki
kedudukan yang mulia dalam suku Quraisy. Engkau adalah sepupu
Rasulullah sekaligus menantunya. Apakah engkau tidak mau masuk ke
dalam Islam? Kami akan memberikan semua harta ini kepadamu sehingga
engkau akan merasa nikmat seperti engkau telah memilikinya saat di
Mekkah, dan engkau dapat tinggal bersama kami di Madinah?”
Abul Ash menjawab: “Alangkah buruknya ajakan kalian agar aku
memulai agamaku yang baru dengan sebuah pengkhianatan.”
Kemudian berangkatlah Abul Ash bersama hartanya ke Mekkah.
Sesampainya di sana, ia membagikan hasil keuntungan kepada setiap orang
yang ikut serta dalam permodalan. Lalu ia berkata: “Wahai bangsa Quraisy,
apakah masih ada orang yang belum mengambil hartanya dariku?” Mereka
menjawab: “Tidak… semoga Allah membalas kebaikanmu kepada kami.
Kami mengenalmu sebagai orang yang menepati janji dan pemurah.”
Lalu Abul Ash berkata: “Karena aku sudah memenuhi hak-hak kalian,
maka aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah
Rasulullah. Demi Allah, tidak ada yang menghalangiku untuk masuk Islam
saat bersama Muhammad di Madinah kecuali karena aku khawatir bahwa
kalian akan mengira bahwa aku akan memakan semua harta kalian. Begitu
Allah sudah mengembalikan harta tersebut kepada kalian, dan aku pun
sudah terbebas dari harta tersebut, maka aku akan masuk Islam!”
Kemudian ia berangkat sehingga ia menemui Rasulullah Saw, dan Rasul
pun menyambutnya dengan hangat. Rasul juga mengembalikan istrinya
kepadanya. Dan Rasul Saw bersabda tentang dirinya: “Dia telah berbicara
denganku lalu ia mempercayaiku. Ia telah berjanji kepadaku, dan kini ia
telah menepatinya untukku.”
Kisah dan Teladan Sahabat Rasul Abu Al Ash Bin Al Rabi
Reviewed by kopi pancong
on
November 16, 2017
Rating:
No comments: