Recent Posts

Iklan Tengah Artikel 2

Kisah dan Teladan Sahabat Rasul : Said Bin Zaid

Said Bin Zaid
“Ya Allah, Jika Engkau telah Menghalangiku Untuk Mendapatkan
Kebaikan ini, Maka Janganlah Kau Halangi Anakku Said untuk
Melakukannya.” (Zaid, Orang Tua Said)

Zaid bin ‘Amr bin Nufail berdiri jauh dari kerumunan manusia yang
menyaksikan bangsa Quraisy yang sedang meramaikan sebuah hari raya.
Zaid melihat para lelaki yang menggunakan ikat kepala yang terbuat dari
sutra mahal dan mengenakan selendang mahal dari Yaman. Ia juga
memandangi para wanita dan anak-anak yang mengenakan pakaian yang

bagus dan perhiasan yang indah. Ia juga menatap hewan-hewan yang
dibawa oleh beberapa pria yang berjalan. Hewan tersebut telah dihiasi
dengan berbagai macam perhiasan, untuk kemudian disembelih dihadapan
berhala.
Ia berdiri dengan punggung bersandar ke Ka’bah dan berkata: “Wahai
bangsa Quraisy, domba adalah makhluk Allah! Allah Swt Yang telah
menurunkan hujan dari langit sehingga domba-domba tersebut tidak
kehausan. Ia juga yang menumbuhkan rerumputan untuk mereka sehingga
mereka kenyang. Lalu kalian menyembelih mereka bukan atas nama-Nya.
Menurutku kalian adalah kaum yang bodoh!”
Lalu berdirilah pamannya yang bernama Al Khattab lalu memukulnya
dan berkata: “Celaka kamu. Kami sudah mencoba bersabar dan menahan
diri saat mendengarkan omong kosong ini, hingga kami hilang kesabaran.
Kemudian Al Khattab mengajak para rekannya untuk menyiksa Zaid, dan
mereka pun langsung menyiksa Zaid sehingga Zaid menyingkir dari kota
Mekkah dan berlindung di gunung Hira. Al Khattab kemudian
mempercayakan kepada para pemuda Quraisy untuk mencegah Zaid
masuk ke kota Mekkah lagi, dan nyata Zaid tidak dapat masuk ke kota
Mekkah kecuali dengan cara sembunyi-sembunyi.
%%%
Lalu Zaid bin ‘Amr bin Nufail berkumpul –saat suku Quraisy lengah
darinya- bersama Waraqah bin Naufal76, Abdullah bin Jahsy, Utsman bin
Al Harits, Umaimah binti Abdul Muthalib bibi Rasulullah Saw. Mereka

semua mendiskusikan kesesatan yang terjadi pada bangsa Arab. Zaid lalu
berkata kepada para sahabatnya:
“Demi Allah, kalian semua tahu bahwa kaum kalian sudah tidak
bernilai apa-apa lagi. Mereka semua sudah melanggar agama Ibrahim.
Carilah oleh kalian agama yang dapat dianut, jika kalian ingin selamat!”
Maka keempat pria tersebut bergegas mencari para pendeta Yahudi dan
Nashrani dan para pemuka agama lainnya untuk mencari agama hanafiyah
Ibrahim.
Adapun Waraqah bin Naufal, ia memeluk agama Nashrani. Abdullah
bin Jahsy dan Utsman bin Al Harits tidak menemukan agama yang tepat.
Sedangkan Zaid bin Amr bin Naufal memiliki kisah tersendiri. Mari kita
dengarkan kisah yang akan ia sampaikan sendiri…
%%%
Zaid bin Amr berkata: “Aku mempelajari agama Yahudi dan Nashrai
namun aku berpaling dari keduanya karena aku tidak mendapatkan hal
yang membuat jiwaku tenang. Aku lalu mencari ke seluruh penjuru demi
menemukan agama Ibrahim sehingga aku sampai di negeri Syam. Ada yang
menunjukkan kepadaku tentang adanya seorang Rahib yang mempunyai
ilmu tentang kitab. Aku pun mendatanginya, dan aku ceritakan kisahku
kepadanya.Ia berkata: “Aku lihat engkau sedang mencari agama Ibrahim,
wahai saudara yang berasal dari Mekkah?” Aku menjawab: “Benar. Itulah
yang aku cari.” Ia berkata: “Engkau mencari sebuah agama yang belum ada
sekarang. Namun, kembalilah ke negerimu karena Allah akan mengutus
seseorang dari kaummu untuk memperbaharui agama Ibrahim. Jika
engkau telah menemuinya, maka peganglah olehmu agamanya itu!”
Maka kembalilah Zaid ke Mekkah dengan menyusuri jalan untuk
mencari Nabi yang dijanjikan.
Saat ia sedang berada di tengah jalan, Allah Swt mengutus Muhammad
untuk menjadi Nabi-Nya dengan agama petunjuk dan kebenaran. Akan
tetapi Zaid belum sempat bertemu dengannya, karena ada segerombolan
orang Badu’I yang membunuhnya sebelum ia tiba di Mekkah dan sebelum
matanya merasa puas berjumpa dengan Rasulullah Saw.
Saat Zaid menghembuskan nafasnya yang terakhir, ia mengangkat
pandangannya ke arah langit sambil berdo’a: “Ya Allah, jika Engkau telah
mencegahku untuk mendapatkan kebaikan ini. Maka janganlah engkau
halangi kebaikan itu dari anakku, Said!”
%%%
Allah berkenan untuk mengabulkan permintaan Zaid. Begitu Rasulullah
Saw memulai dakwahnya kepada manusia untuk masuk Islam, Said bin
Zaid termasuk orang yang pertama beriman kepada Allah dan
membenarkan kenabiannya.
Ini tidak mengherankan, karena Said tumbuh dalam suasana rumah
yang menolak kesesatan yang dikerjakan oleh bangsa Quraisy. Dan ia
dididik oleh seorang ayah yang selalu mencari kebenaran…Ayahnya
meninggal dan ia dalam kondisi sedang mencari kebenaran. Said masuk
Islam tidak sendirian, akan tetapi turut masuk Islam bersamanya adalah
istrinya Fathimah binti Al Khattab, saudari Umar bin Khattab.
Maka pemuda Quraisy ini merasakan penyiksaan kaumnya yang tidak
sepantasnya ia terima karena agama ini. Akan tetapi tujuan Quraisy untuk
mengeluarkan ia dari Islam tidak berhasil, malah ia dan istrinya mampu
menarik seorang tokoh mereka yang paling berbobot dan berbahaya…
karena Said dan istrinya merupakan penyebab masuknya Umar bin Khattab
ke dalam Islam.
%%%
Said mendedikasikan semua energinya untuk membantu Islam. Itu
dilakukannya karena umurnya belum genap 20 tahun saat ia masuk ke
dalam Islam. Ia turut serta bersama Rasulullah dalam seluruh peperangan
yang Beliau lakukan kecuali dalam perang Badr saja. Ia tidak mengikutinya
sebab pada hari itu Rasulullah Saw memerintahkan sesuatu kepadanya.
Ia turut serta bersama pasukan muslimin dalam pengambil alihan
kekuasaan Kisra dan menggulingkan kerajaan Kaisar. Ia memiliki peran
tersendiri dalam setiap perang yang dilakukan kaum muslimin.
Salah satu kisah patriotismenya yang terbaik adalah kisahnya yang
tercatat dalam peristiwa Yarmuk. Maka kita akan membiarkan ia untuk
menceritakan sebagian kisah peristiwa tersebut…
%%%
Said bin Zaid berkata: Pada saat perang Yarmuk kami berjumlah kirakira 24 ribu orang. Pasukan Romawi saat itu berjumlah 120 ribu. Mereka
melangkah dengan kaki yang kokoh ke arah kami seolah gunung yang
digerakkan oleh tangan tersembunyi. Di bagian depan mereka ada para
uskup, pastor dan pendeta yang membawa salib dan membacakan do’a
dengan suara keras. Ucapan mereka diikuti oleh para tentaranya yang
berada di belakang dengan suara keras bagaikan petir.
Begitu pasukan muslimin melihat musuh yang sedemikian, maka
jumlah mereka membuat pasukan muslimin menjadi gentar, dan di hati
mereka ada rasa takut yang menyelimut.
Pada saat itu, berdirilah Abu Ubaidah bin Al Jarrah yang memberikan
semangat kepada pasukan muslimin untuk berperang. Ia berseru: “Wahai
para hamba Allah. Tolonglah agama Allah, maka Ia akan menolong kalian
dan akan mebuat kalian teguh!
Wahai para hamba Allah, bersabarlah! Sebab sabar adalah penyelamat
dari kekufuran dan dapat mendatangkan keridhaan Tuhan. Ia juga dapat
menolak kehinaan. Arahkanlah tombak kalian. Berlindunglah dengan
tameng. Janganlah berbicara kecuali berdzikir kepada Allah dalam hati
kalian, sehingga aku perintahkan kepada kalian, Insya Allah!”
Said berkata: Pada saat itu ada seorang pria yang keluar dari barisan
pasukan muslimin dan berkata kepada Abu Ubaidah: “Aku bertekad untuk
mati pada saat ini. Maukah engkau membawa surat ini kepada Rasulullah
Saw?!”
Abu Ubaidah menjawab: “Ya.” Orang itu menyambung: “Sampaikan
salam ku dan salam pasukan muslimin kepada Beliau dan katakan
kepadanya: ‘Ya Rasulullah, Kami telah menemukan apa yang dijanjikan
Tuhan kami adalah benar!”
Said meneruskan ceritanya: Begitu aku mendengar ucapannya, dan aku
melihat ia menghunuskan pedang dan pergi untuk menghadapi para
musuh Allah. Maka akupun turun ke medan juang. Aku tersungkur di atas
lutut. Aku angkat tombakku dan aku tusuk penunggang kuda pertama yang
datang ke arah kami. Kemudian aku melompat ke arah musuh, dan Allah
telah mencabut semua rasa takutku. Pasukan muslim begitu gagah berani
dihadapan pasukan Romawi. Mereka terus berperang sehingga Allah
memberikan kemenangan bagi kaum muslimin.
%%%
Said turut serta dalam penaklukan kota Damaskus. Begitu penduduk
kota tersebut tunduk dan taat, Abu Ubaidah bin Al Jarrah menjadikan Said
sebagai wali di sana. Dan Said adalah orang pertama dari kaum muslimin
yang menjadi wali di Damaskus.
%%%
Pada zaman Bani Umayyah, Said bin Zaid mendapat sebuah kejadian
yang lama menjadi pembicaraan penduduk Yatsrib.
Hal tersebut bermula bahwa Arwa binti Uwais mengira bahwa Said bin
Zaid telah merampas sebagian tanahnya dan kemudian diakui sebagai
tanah Said. Arwa selalu menceritakan hal ini dikalangan kaum muslimin
sehingga akhirnya hal ini sampai ke Marwan bin Al Hakam dan sampai ke
Madinah. Oleh karenanya, Marwan mengirimkan beberapa orang utusan
untuk berbicara dengan Said tentang permasalahan ini. Hal tersebut
membuat sulit sahabat Rasul Saw ini. Ia berkata: “Orang-orang mengira
bahwa aku menzaliminya!! Bagaimana aku bisa menzaliminya?! Padahal
aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: ‘Barang siapa yang
merampas sejengkal tanah, maka Allah akan membebaninya dengan beban
yang seberat 7 kali bumi.’ Ya Allah, dia telah mengira bahwa aku telah
menzaliminya. Jika ia ternyata bohong, maka butakanlah matanya dan
masukkanlah ia ke dalam sumur tanahnya dimana ia menggugatku.
Tampakkanlah kebenaranku dengan sebuah cahaya yang dapat
menjelaskan kepada kaum muslimin bahwa aku tidak menzaliminya.”

Tidak lama berselang, Al Aqiq77 mengalirkan air yang belum pernah
sebegitu besar, sehingga menyingkapkan batas yang menjadi sengketa
mereka berdua. Dan kaum muslimin tahu bahwa Said benar dan tidak
salah.
Hanya berselang satu bulan saja, wanita tersebut menjadi buta. Ketika
ia sedang berjalan mengelilingi tanahnya itu, ia terjerumus masuk ke dalam
sumur.
Abdullah bin Umar berkata: “Sejak saat itu kami –dan ketika itu kami
masih anak-anak – sering mendengarkan orang yang berkata kepada orang
lain: “Semoga Allah membutakanmu sebagaimana ia membutakan Arwa.”
Hal itu tidak mengherankan, sebab Rasulullah Saw pernah bersabda:
“Takutlah kepada do’a orang yang dizalimi, sebab tiada penghalang antara
dirinya dengan Allah.”

Kisah dan Teladan Sahabat Rasul : Said Bin Zaid Kisah dan Teladan Sahabat Rasul : Said Bin Zaid Reviewed by kopi pancong on November 09, 2017 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.