Bilal
bin Rabah
Muadzin Rasulullah
“Abu Bakar adalah Pemimpin Kami yang telah Membebaskan
Pemimpin Kami (Maksudnya Bilal)” (Umar Al Faruq ra)
Bilal bin Rabah sang Muadzin Rasulullah Saw memiliki sejarah hidup
yang amat hebat dalam perjuangan akidah, sebuah kisah yang senantiasa
diulang oleh zaman dan tidak membuat telinga manusia bosan untuk
mendengarkannya.
Bilal dilahirkan di daerah Sarah kira-kira 34 tahun sebelum hijrah dari
seorang ayah yang dikenal dengan panggilan Rabah. Sedangkan ibunya
dikenal dengan Hamamah. Hamamah ini adalah seorang budak wanita
yang berkulit hitam yang tinggal di Mekkah. Oleh karenanya, sebagian
orang memanggilnya dengan nama Ibnu Sauda (Anaknya budak hitam).
%%%
Bilal tumbuh di Mekkah dan ia adalah budak milik anak-anak yatim
dari Bani Abdid Daar dimana ayah mereka mewasiatkan mereka kepada
Umayyah bin Khalaf yang merupakan salah seorang pemuka kafir Quraisy.
Begitu muncul sinar agama baru di Mekkah, dan Rasulullah Saw
mengumandangkan kalimat tauhid. Bilal adalah salah seorang yang paling
dahulu masuk dalam agama Islam.
Dia telah masuk Islam dan pada saat itu tidak ada orang lain yang
masuk Islam selain dia dan beberapa orang lagi yang termasuk As Sabiquna
Al Awwalun.
Yang pertama adalah Khadijah binti Khuwailid, Ummul Mukminin.
Lalu Abu Bakar As Shiddiq. Ali bin Abi Thalib. Ammar bin Yasir dan ibunya
Sumayyah. Shuhaib Ar Rumy. Dan Miqdad bin Al Aswad.
Bilal merasakan penderitaan yang ia rasakan akibat dari ulah kejahatan
dan aniaya kafir Quraisy yang tidak dirasakan oleh orang lain. Ia namun
mampu bersabar seperti para sahabat Rasul lainnya.
Adapun Abu Bakar As Shiddiq dan Ali bin Abi Thalib memiliki keluarga
dan kaum yang dapat melindungi mereka berdua. Sedangkan para budak
yang termasuk mustad’afin (orang-orang lemah), maka bangsa Quraisy
dapat menyiksa mereka dengan begitu kejamnya.
Kafir Quraisy hendak menjadikan para orang-orang lemah tadi sebagai
pelajaran bagi orang yang berani mengaku untuk menyingkirkan para
Muadzin Rasulullah
“Abu Bakar adalah Pemimpin Kami yang telah Membebaskan
Pemimpin Kami (Maksudnya Bilal)” (Umar Al Faruq ra)
Bilal bin Rabah sang Muadzin Rasulullah Saw memiliki sejarah hidup
yang amat hebat dalam perjuangan akidah, sebuah kisah yang senantiasa
diulang oleh zaman dan tidak membuat telinga manusia bosan untuk
mendengarkannya.
Bilal dilahirkan di daerah Sarah kira-kira 34 tahun sebelum hijrah dari
seorang ayah yang dikenal dengan panggilan Rabah. Sedangkan ibunya
dikenal dengan Hamamah. Hamamah ini adalah seorang budak wanita
yang berkulit hitam yang tinggal di Mekkah. Oleh karenanya, sebagian
orang memanggilnya dengan nama Ibnu Sauda (Anaknya budak hitam).
%%%
Bilal tumbuh di Mekkah dan ia adalah budak milik anak-anak yatim
dari Bani Abdid Daar dimana ayah mereka mewasiatkan mereka kepada
Umayyah bin Khalaf yang merupakan salah seorang pemuka kafir Quraisy.
Begitu muncul sinar agama baru di Mekkah, dan Rasulullah Saw
mengumandangkan kalimat tauhid. Bilal adalah salah seorang yang paling
dahulu masuk dalam agama Islam.
Dia telah masuk Islam dan pada saat itu tidak ada orang lain yang
masuk Islam selain dia dan beberapa orang lagi yang termasuk As Sabiquna
Al Awwalun.
Yang pertama adalah Khadijah binti Khuwailid, Ummul Mukminin.
Lalu Abu Bakar As Shiddiq. Ali bin Abi Thalib. Ammar bin Yasir dan ibunya
Sumayyah. Shuhaib Ar Rumy. Dan Miqdad bin Al Aswad.
Bilal merasakan penderitaan yang ia rasakan akibat dari ulah kejahatan
dan aniaya kafir Quraisy yang tidak dirasakan oleh orang lain. Ia namun
mampu bersabar seperti para sahabat Rasul lainnya.
Adapun Abu Bakar As Shiddiq dan Ali bin Abi Thalib memiliki keluarga
dan kaum yang dapat melindungi mereka berdua. Sedangkan para budak
yang termasuk mustad’afin (orang-orang lemah), maka bangsa Quraisy
dapat menyiksa mereka dengan begitu kejamnya.
Kafir Quraisy hendak menjadikan para orang-orang lemah tadi sebagai
pelajaran bagi orang yang berani mengaku untuk menyingkirkan para
tuhan dan
berhala mereka dan menyatakan diri sebagai pengikut
Muhammad.
Para mustad’afin ini merasakan penyiksaan yang begitu hebat dari kafir
Quraisy. Abu Jahal –Allah menghinakannya- telah berlaku keji kepada
Sumayyah. Abu Jahal berdiri di atas tubuh Sumayyah dengan mengucapkan
sumpah serapah lalu membunuhnya dengan menancapkan tombak pada
tubuhnya yang masuk dari bagian bawah perutnya hingga tembus di
punggungnya. Sumayyah menjadi wanita syahid pertama dalam Islam.
Sedangkan para saudaranya yang lain, termasuk Bilal bin Rabah terus
menerus mendapatkan penyiksaan dari bangsa Quraisy.
Mereka bangsa Quraisy jika matahari sudah berada pada puncaknya,
langit terasa panas, dan pasir kota Mekkah sudah terasa melepuh… para
kafir Quraisy ini melepaskan baju kaum muslimin mustad’afin tadi, lalu
memakaikan kepada mereka pakaian besi lalu membakar mereka dengan
sinar matahari yang begitu terik.
Mereka juga mencambuk punggung kaum mustad’afin tadi dengan
cambuk, serta menyuruh mereka untuk menghina Muhammad.
Mereka kaum mustad’afin jika penyiksaan terhadap diri mereka
semakin menggila, dan mereka sudah merasa tidak kuat lagi untuk
menerimanya. Maka mereka akan menuruti kehendak kafir Quraisy,
namun hati mereka senantiasa terpaut kepada Allah dan Rasulnya, kecuali
Bilal ra. Dia mampu menahan dirinya dalam mempertahankan Allah Swt.
Yang menjadi penyiksa diri Bilal adalah Umayyah bin Khalaf dan para
algojonya. Mereka mendera punggung Bilal dengan cambuk, namun tetap
saja Bilal berkata: Ahad, Ahad (Allah Yang Esa, Allah Yang Esa).
Mereka menimpakan batu-batu besar pada dada Bilal, namun tetap saja
Bilal berkata: Ahad, Ahad (Allah Yang Esa, Allah Yang Esa).
Meski mereka sudah menyiksa dengan sekeras mungkin, namun tetap
saja Bilal berkata: Ahad, Ahad (Allah Yang Esa, Allah Yang Esa).
Mereka berusaha mengingatkan Bilal kepada Lata wal Uzza, namun
Bilal malah menyebut Allah dan Rasul-Nya.
Mereka berkata kepada Bilal: “Katakan apa yang kami ucapkan!”
Malah Bilal menjawab: “Lisanku tidak dapat mengucapkannya.”
Maka sontak mereka menambahkan penyiksaannya dan semakin gila
dalam penganiayaannya.
Umayyah bin Khalaf yang keterlaluan ini bila hendak menyiksa Bilal,
maka ia akan mengikatkan sebuah tali besar di leher Bilal lalu
menyerahkannya kepada orang-orang bodoh dan anak-anak. Umayyah
menyuruh mereka untuk membawa keliling Bilal ke seluruh
perkampungan Mekkah serta menariknya ke seluruh dataran yang ada di
kota tersebut.
Muhammad.
Para mustad’afin ini merasakan penyiksaan yang begitu hebat dari kafir
Quraisy. Abu Jahal –Allah menghinakannya- telah berlaku keji kepada
Sumayyah. Abu Jahal berdiri di atas tubuh Sumayyah dengan mengucapkan
sumpah serapah lalu membunuhnya dengan menancapkan tombak pada
tubuhnya yang masuk dari bagian bawah perutnya hingga tembus di
punggungnya. Sumayyah menjadi wanita syahid pertama dalam Islam.
Sedangkan para saudaranya yang lain, termasuk Bilal bin Rabah terus
menerus mendapatkan penyiksaan dari bangsa Quraisy.
Mereka bangsa Quraisy jika matahari sudah berada pada puncaknya,
langit terasa panas, dan pasir kota Mekkah sudah terasa melepuh… para
kafir Quraisy ini melepaskan baju kaum muslimin mustad’afin tadi, lalu
memakaikan kepada mereka pakaian besi lalu membakar mereka dengan
sinar matahari yang begitu terik.
Mereka juga mencambuk punggung kaum mustad’afin tadi dengan
cambuk, serta menyuruh mereka untuk menghina Muhammad.
Mereka kaum mustad’afin jika penyiksaan terhadap diri mereka
semakin menggila, dan mereka sudah merasa tidak kuat lagi untuk
menerimanya. Maka mereka akan menuruti kehendak kafir Quraisy,
namun hati mereka senantiasa terpaut kepada Allah dan Rasulnya, kecuali
Bilal ra. Dia mampu menahan dirinya dalam mempertahankan Allah Swt.
Yang menjadi penyiksa diri Bilal adalah Umayyah bin Khalaf dan para
algojonya. Mereka mendera punggung Bilal dengan cambuk, namun tetap
saja Bilal berkata: Ahad, Ahad (Allah Yang Esa, Allah Yang Esa).
Mereka menimpakan batu-batu besar pada dada Bilal, namun tetap saja
Bilal berkata: Ahad, Ahad (Allah Yang Esa, Allah Yang Esa).
Meski mereka sudah menyiksa dengan sekeras mungkin, namun tetap
saja Bilal berkata: Ahad, Ahad (Allah Yang Esa, Allah Yang Esa).
Mereka berusaha mengingatkan Bilal kepada Lata wal Uzza, namun
Bilal malah menyebut Allah dan Rasul-Nya.
Mereka berkata kepada Bilal: “Katakan apa yang kami ucapkan!”
Malah Bilal menjawab: “Lisanku tidak dapat mengucapkannya.”
Maka sontak mereka menambahkan penyiksaannya dan semakin gila
dalam penganiayaannya.
Umayyah bin Khalaf yang keterlaluan ini bila hendak menyiksa Bilal,
maka ia akan mengikatkan sebuah tali besar di leher Bilal lalu
menyerahkannya kepada orang-orang bodoh dan anak-anak. Umayyah
menyuruh mereka untuk membawa keliling Bilal ke seluruh
perkampungan Mekkah serta menariknya ke seluruh dataran yang ada di
kota tersebut.
Bilal ra
merasakan penyiksaan di jalan Allah dan Rasul-Nya, dan ia
selalu mendendangkan ucapannya yang berbunyi: “Ahad, Ahad, Ahad,
Ahad!” Dia tidak pernah bosan mengulanginya, dan tidak pernah berhenti
mengucapkannya.
%%%
Abu Bakar ra pernah berniat untuk membeli Bilal dari Umayyah bin
Khalaf. Lalu Umayyah meninggikan harganya dan ia menduga bahwa Abu
Bakar tidak mampu untuk membayarnya.
Namun Abu Bakar mampu membayarnya dengan 9 awqiyah dari emas.
Umayyah berkata kepada Abu Bakar setelah perjanjian jual-beli ini usai:
“Kalau engkau tidak mau mengambil Bilal kecuali dengan 1 awqiyah emas
saja, pasti sudah aku jual juga.” Abu Bakar menjawab: “Jika engkau tidak
mau menjualnya kecuali dengan 100 awqiyah, pasti aku akan tetap
membelinya!”
Begitu Abu Bakar As Shiddiq memberitahukan Rasulullah Saw bahwa
dia telah membeli Bilal dan menyelamatkannya dari tangan penyiksa, maka
Nabi Saw bersabda: “Libatkan aku dalam pembebasannya, wahai Abu
Bakar!” As Shidiq lalu menjawab: “Aku telah membebaskannya, ya
Rasulullah.”
%%%
Begitu Allah Swt memberikan izin kepada Nabi-Nya untuk berhijrah ke
Madinah. Bilal pun termasuk orang yang turut berhijrah ke sana.
Bilal, Abu Bakar dan Amir bin fihr tinggal di Madinah dalam satu
rumah. Mereka semua terkena penyakit demam. Kebiasaan Bilal bila sudah
terbebas dari penyakit demam, maka ia akan mengangkat suaranya dan
mulai menyenandungkan bait puisi dengan suaranya yang merdu. Ia
mengalunkan:
Bukan karena syairku, aku tidak bisa tidur malam ini
Di Fakh110 sementara di sekelilingku terdapat Ikhir dan Jalil111
Apakah suatu hari aku akan dapat mendatangi sumber air Mijannah112
Dan apakah aku masih dapat melihat Syamah dan Thafil113
Tidak heran bila Bilal merindukan Mekkah dan setiap sudutnya.
Sebagaimana ia merindukan semua lembah dan pegunungannya. Sebab
selalu mendendangkan ucapannya yang berbunyi: “Ahad, Ahad, Ahad,
Ahad!” Dia tidak pernah bosan mengulanginya, dan tidak pernah berhenti
mengucapkannya.
%%%
Abu Bakar ra pernah berniat untuk membeli Bilal dari Umayyah bin
Khalaf. Lalu Umayyah meninggikan harganya dan ia menduga bahwa Abu
Bakar tidak mampu untuk membayarnya.
Namun Abu Bakar mampu membayarnya dengan 9 awqiyah dari emas.
Umayyah berkata kepada Abu Bakar setelah perjanjian jual-beli ini usai:
“Kalau engkau tidak mau mengambil Bilal kecuali dengan 1 awqiyah emas
saja, pasti sudah aku jual juga.” Abu Bakar menjawab: “Jika engkau tidak
mau menjualnya kecuali dengan 100 awqiyah, pasti aku akan tetap
membelinya!”
Begitu Abu Bakar As Shiddiq memberitahukan Rasulullah Saw bahwa
dia telah membeli Bilal dan menyelamatkannya dari tangan penyiksa, maka
Nabi Saw bersabda: “Libatkan aku dalam pembebasannya, wahai Abu
Bakar!” As Shidiq lalu menjawab: “Aku telah membebaskannya, ya
Rasulullah.”
%%%
Begitu Allah Swt memberikan izin kepada Nabi-Nya untuk berhijrah ke
Madinah. Bilal pun termasuk orang yang turut berhijrah ke sana.
Bilal, Abu Bakar dan Amir bin fihr tinggal di Madinah dalam satu
rumah. Mereka semua terkena penyakit demam. Kebiasaan Bilal bila sudah
terbebas dari penyakit demam, maka ia akan mengangkat suaranya dan
mulai menyenandungkan bait puisi dengan suaranya yang merdu. Ia
mengalunkan:
Bukan karena syairku, aku tidak bisa tidur malam ini
Di Fakh110 sementara di sekelilingku terdapat Ikhir dan Jalil111
Apakah suatu hari aku akan dapat mendatangi sumber air Mijannah112
Dan apakah aku masih dapat melihat Syamah dan Thafil113
Tidak heran bila Bilal merindukan Mekkah dan setiap sudutnya.
Sebagaimana ia merindukan semua lembah dan pegunungannya. Sebab
disanalah
ia merasakan nikmatnya iman. Disanalah ia merasakan
penyiksaan manusia hanya demi mencari keridhaan Allah. Dan disana pula
ia mampu mengalahkan dirinya dan mengalahkan setan.
%%%
Bilal akhirnya menetap di Yatsrib yang jauh dari penyiksaan bangsa
Quraisy. Ia mendedikasikan usianya kepada Nabi dan kekasihnya yaitu
Muhammad Saw.
Bilal senantiasa turut serta jika Rasulullah Saw melakukan perjalanan.
Dan ia pun juga bersama Rasul, tatkala Beliau pulang.
Ia melakukan shalat bersama Rasul, melaksanakan perang jika Rasul
melakukannya. Sehingga Bilal seolah menjadi bayang diri Rasulullah Saw.
Saat Rasulullah Saw membangun masjidnya di Madinah, dan adzan
mulai disyariatkan, maka Bilal adalah orang pertama yang menjadi
muadzin dalam Islam.
Jika ia selesai mengumandangkan adzan, maka ia akan berdiri di depan
pintu rumah Rasulullah Saw dan berkata: “Hayya alas shalah… Hayya alal
falah…”
Jika Rasulullah Saw telah keluar dari kamarnya dan Bilal telah melihat
Beliau datang, maka Bilal akan mengumandangkan iqamat.
%%%
An Najasy raja Habasyah pernah memberikan hadiah kepada
Rasulullah Saw dengan 3 tombak pendek yang merupakan barang berharga
yang dimiliki oleh para raja. Rasul lalu mengambil salah satu dari tombak
tadi, kemudian satunya lagi ia berikan kepada Ali bin Abi Thalib dan
satunya lagi ia berikan kepada Umar bin Khattab. Kemudian tombak yang
diambil oleh Rasul untuk dirinya diberikan kepada Bilal. Maka tombak
tersebut senantiasa dibawa oleh Bilal sepanjang hidupnya.
Bilal selalu membawa tombak tadi pada setiap hari Iedul Fitri dan Iedul
Adha. Ia juga membawanya saat shalat Istisqa’. Ia menempatkan tombak
tersebut dihadapannya, jika shalat tidak dilaksanakan di masjid.
%%%
Bilal turut serta bersama Rasulullah Saw dalam perang Badr. Ia
menyaksikan sendiri dengan dua mata kepalanya bagaimana Allah
membuktikan janji-Nya, menolong tentara-Nya. Dan ia menyaksikan
banyak para kafir Quraisy tewas menemui ajalnya padahal mereka dulu
pernah menyiksa Bilal dengan amat keji.
penyiksaan manusia hanya demi mencari keridhaan Allah. Dan disana pula
ia mampu mengalahkan dirinya dan mengalahkan setan.
%%%
Bilal akhirnya menetap di Yatsrib yang jauh dari penyiksaan bangsa
Quraisy. Ia mendedikasikan usianya kepada Nabi dan kekasihnya yaitu
Muhammad Saw.
Bilal senantiasa turut serta jika Rasulullah Saw melakukan perjalanan.
Dan ia pun juga bersama Rasul, tatkala Beliau pulang.
Ia melakukan shalat bersama Rasul, melaksanakan perang jika Rasul
melakukannya. Sehingga Bilal seolah menjadi bayang diri Rasulullah Saw.
Saat Rasulullah Saw membangun masjidnya di Madinah, dan adzan
mulai disyariatkan, maka Bilal adalah orang pertama yang menjadi
muadzin dalam Islam.
Jika ia selesai mengumandangkan adzan, maka ia akan berdiri di depan
pintu rumah Rasulullah Saw dan berkata: “Hayya alas shalah… Hayya alal
falah…”
Jika Rasulullah Saw telah keluar dari kamarnya dan Bilal telah melihat
Beliau datang, maka Bilal akan mengumandangkan iqamat.
%%%
An Najasy raja Habasyah pernah memberikan hadiah kepada
Rasulullah Saw dengan 3 tombak pendek yang merupakan barang berharga
yang dimiliki oleh para raja. Rasul lalu mengambil salah satu dari tombak
tadi, kemudian satunya lagi ia berikan kepada Ali bin Abi Thalib dan
satunya lagi ia berikan kepada Umar bin Khattab. Kemudian tombak yang
diambil oleh Rasul untuk dirinya diberikan kepada Bilal. Maka tombak
tersebut senantiasa dibawa oleh Bilal sepanjang hidupnya.
Bilal selalu membawa tombak tadi pada setiap hari Iedul Fitri dan Iedul
Adha. Ia juga membawanya saat shalat Istisqa’. Ia menempatkan tombak
tersebut dihadapannya, jika shalat tidak dilaksanakan di masjid.
%%%
Bilal turut serta bersama Rasulullah Saw dalam perang Badr. Ia
menyaksikan sendiri dengan dua mata kepalanya bagaimana Allah
membuktikan janji-Nya, menolong tentara-Nya. Dan ia menyaksikan
banyak para kafir Quraisy tewas menemui ajalnya padahal mereka dulu
pernah menyiksa Bilal dengan amat keji.
Ia juga
melihat Abu Jahal dan Umayyah bin Khalaf mati tertebas pedang
kaum muslimin, dan darah mereka mengucur karena tusukan tombak
kaum muslimin.
%%%
Saat Rasulullah Saw memasuki kota Mekkah untuk menaklukkannya,
Beliau didampingi oleh Bilal bin Rabah.
Saat Rasulullah Saw memasuki Ka’bah, Beliau hanya didampingi oleh 3
orang saja, mereka adalah: Utsman bin Thalhah114 sang pemegang kunci
Ka’bah, Usamah bin Zaid orang kesayangan Rasulullah dan anak dari
orang kesayangan Beliau, serta Bilal bin Rabah sang muadzin Rasulullah.
Tatkala waktu Zhuhur telah tiba, banyak sekali manusia yang berada di
sekeliling Rasulullah Saw. Dan orang-orang kafir Quraisy yang baru masuk
Islam secara sukarela atau terpaksa menyaksikan jumlah manusia yang
sedemikian banyaknya.
Pada saat itu, Rasulullah Saw memanggil Bilal bin Rabah. Beliau
memerintahkan Bilal untuk naik ke atas Ka’bah untuk mengumumkan
kalimat tauhid. Maka Bilal pun melakukan perintah tersebut.
Ia mengalunkan Adzan dengan suaranya yang keras.
Maka ribuan leher manusia melihat ke arah Bilal. Ribuan lisan manusia
yang mengikuti ucapan Bilal dengan hati yang khusyuk.
Sedangkan mereka yang di dalam hatinya terdapat penyakit merasakan
adanya kedengkian dan kebencian yang membuat hati mereka menjadi
tercabik-cabik.
Begitu Bilal mengucapkan kalimat berikut dalam Adzannya: “Asyhadu
Anna Muhammadan Rasulullah” Berkatalah Juwairiyah binti Abu Jahal:
“Demi umurku, sungguh Allah Swt telah meninggikan sebutan namamu.
Adapun shalat, maka kami akan melakukannya, akan tetapi demi Allah,
kami tidak menyukai manusia yang pernah membunuh orang-orang yang
kami cintai.” Ayahnya Juwairiyah terbunuh pada perang Badr.
Khalid bin Usaid berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah memberi
kemurahan kepada bapakku sehingga ia tidak turut menyaksikan kejadian
hari ini.” Bapaknya Khalid telah mati satu hari sebelum terjadinya
penaklukan Mekkah.
AlHarits bin Hisyam berkata: “Celaka, andaikan aku sudah wafat
sebelum aku melihat Bilal berada di atas Ka’bah.”
kaum muslimin, dan darah mereka mengucur karena tusukan tombak
kaum muslimin.
%%%
Saat Rasulullah Saw memasuki kota Mekkah untuk menaklukkannya,
Beliau didampingi oleh Bilal bin Rabah.
Saat Rasulullah Saw memasuki Ka’bah, Beliau hanya didampingi oleh 3
orang saja, mereka adalah: Utsman bin Thalhah114 sang pemegang kunci
Ka’bah, Usamah bin Zaid orang kesayangan Rasulullah dan anak dari
orang kesayangan Beliau, serta Bilal bin Rabah sang muadzin Rasulullah.
Tatkala waktu Zhuhur telah tiba, banyak sekali manusia yang berada di
sekeliling Rasulullah Saw. Dan orang-orang kafir Quraisy yang baru masuk
Islam secara sukarela atau terpaksa menyaksikan jumlah manusia yang
sedemikian banyaknya.
Pada saat itu, Rasulullah Saw memanggil Bilal bin Rabah. Beliau
memerintahkan Bilal untuk naik ke atas Ka’bah untuk mengumumkan
kalimat tauhid. Maka Bilal pun melakukan perintah tersebut.
Ia mengalunkan Adzan dengan suaranya yang keras.
Maka ribuan leher manusia melihat ke arah Bilal. Ribuan lisan manusia
yang mengikuti ucapan Bilal dengan hati yang khusyuk.
Sedangkan mereka yang di dalam hatinya terdapat penyakit merasakan
adanya kedengkian dan kebencian yang membuat hati mereka menjadi
tercabik-cabik.
Begitu Bilal mengucapkan kalimat berikut dalam Adzannya: “Asyhadu
Anna Muhammadan Rasulullah” Berkatalah Juwairiyah binti Abu Jahal:
“Demi umurku, sungguh Allah Swt telah meninggikan sebutan namamu.
Adapun shalat, maka kami akan melakukannya, akan tetapi demi Allah,
kami tidak menyukai manusia yang pernah membunuh orang-orang yang
kami cintai.” Ayahnya Juwairiyah terbunuh pada perang Badr.
Khalid bin Usaid berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah memberi
kemurahan kepada bapakku sehingga ia tidak turut menyaksikan kejadian
hari ini.” Bapaknya Khalid telah mati satu hari sebelum terjadinya
penaklukan Mekkah.
AlHarits bin Hisyam berkata: “Celaka, andaikan aku sudah wafat
sebelum aku melihat Bilal berada di atas Ka’bah.”
Al Hakim
bin Abi Al Ash berkata: “Demi Allah, ini adalah musibah
besar jika seorang budak Bani Jumah bersuara dari atas bangunan115 ini.”
Dan bersama mereka terdapat Abu Sufyan bin Harb yang berkata: “Aku
tidak akan mengatakan apapun… Sebab kalau aku mengeluarkan satu kata
saja dari mulutku, debu-debu ini akan menyampaikan ucapanku tersebut
kepada Muhammad bin Abdullah.”
%%%
Bilal terus menjadi muadzin Rasulullah Saw selama hidupnya.
DanRasul Saw menjadi cinta kepada suara ini yang dahulunya pernah
disiksa namun selalu mengatakan: “Ahad… Ahad”
Begitu Rasulullah Saw kembali ke pangkuan Tuhannya. Saat itu waktu
shalat telah tiba. Maka berdirilah Bilal untuk mengumandangkan adzan
kepada manusia –saat itu Nabi Saw sudah dikafankan namun belum
dikubur-, saat ia hendak mengucapkan Asyhadu Anna Muhammadan
Rasulullah… ia serasa tercekik, dan suaranya tidak keluar dari
kerongkongan. Maka sontak, semua kaum muslimin yang ada pada saat itu
menangis, dan mereka semua tenggelam dalam kesedihan.
Kemudian setelah tiga hari sejak hari itu, Bilal kembali
mengumandangkan adzan. Namun setiap kali ia sampai pada kalimat
Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah, ia menangis dan menangislah
semua orang yang mendengarnya.
Pada saat itu, Bilal meminta kepada Khalifah Abu Bakar untuk
mengizinkannya agar tidak mengumandangkan adzan terlebih dahulu
karena ia merasa tidak sanggup untuk melakukannya.
Bilal meminta izin kepada Khalifah Abu Bakar untuk turut dalam jihad
di jalan Allah dan tinggal di negeri Syam untuk menghadapi musuh.
Abu Bakar menjadi ragu dalam memberikan izin kepada Bilal. Maka
Bilal pun berkata kepada khalifah: “Jika engkau telah membeliku untuk
kepentingan dirimu, maka tahanlah aku. Jika engkau telah memerdekakan
aku, maka biarkanlah aku sesuai kehendak Allah Yang telah membuatmu
memerdekakan aku.”
Abu Bakar menjawab: “Demi Allah, aku tidak berniat membelimu,
kecuali karena Allah! Aku tidak memerdekakan mu kecuali di jalan-Nya.”
Kemudian Bilal berkata: “Aku tidak akan mengumandangkan adzan untuk
siapapun setelah Rasulullah wafat.” Abu Bakar berkata: “Engkau berhak
untuk itu.
besar jika seorang budak Bani Jumah bersuara dari atas bangunan115 ini.”
Dan bersama mereka terdapat Abu Sufyan bin Harb yang berkata: “Aku
tidak akan mengatakan apapun… Sebab kalau aku mengeluarkan satu kata
saja dari mulutku, debu-debu ini akan menyampaikan ucapanku tersebut
kepada Muhammad bin Abdullah.”
%%%
Bilal terus menjadi muadzin Rasulullah Saw selama hidupnya.
DanRasul Saw menjadi cinta kepada suara ini yang dahulunya pernah
disiksa namun selalu mengatakan: “Ahad… Ahad”
Begitu Rasulullah Saw kembali ke pangkuan Tuhannya. Saat itu waktu
shalat telah tiba. Maka berdirilah Bilal untuk mengumandangkan adzan
kepada manusia –saat itu Nabi Saw sudah dikafankan namun belum
dikubur-, saat ia hendak mengucapkan Asyhadu Anna Muhammadan
Rasulullah… ia serasa tercekik, dan suaranya tidak keluar dari
kerongkongan. Maka sontak, semua kaum muslimin yang ada pada saat itu
menangis, dan mereka semua tenggelam dalam kesedihan.
Kemudian setelah tiga hari sejak hari itu, Bilal kembali
mengumandangkan adzan. Namun setiap kali ia sampai pada kalimat
Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah, ia menangis dan menangislah
semua orang yang mendengarnya.
Pada saat itu, Bilal meminta kepada Khalifah Abu Bakar untuk
mengizinkannya agar tidak mengumandangkan adzan terlebih dahulu
karena ia merasa tidak sanggup untuk melakukannya.
Bilal meminta izin kepada Khalifah Abu Bakar untuk turut dalam jihad
di jalan Allah dan tinggal di negeri Syam untuk menghadapi musuh.
Abu Bakar menjadi ragu dalam memberikan izin kepada Bilal. Maka
Bilal pun berkata kepada khalifah: “Jika engkau telah membeliku untuk
kepentingan dirimu, maka tahanlah aku. Jika engkau telah memerdekakan
aku, maka biarkanlah aku sesuai kehendak Allah Yang telah membuatmu
memerdekakan aku.”
Abu Bakar menjawab: “Demi Allah, aku tidak berniat membelimu,
kecuali karena Allah! Aku tidak memerdekakan mu kecuali di jalan-Nya.”
Kemudian Bilal berkata: “Aku tidak akan mengumandangkan adzan untuk
siapapun setelah Rasulullah wafat.” Abu Bakar berkata: “Engkau berhak
untuk itu.
Bilal
berangkat dari Madinah Al Munawarah bersama utusan pertama
pasukan muslimin. Dan ia tinggal di Daraya dekat dari Damaskus.
Bilal masih tidak mau mengumandangkan adzan sehingga Umar bin
Khattab datang ke negeri Syam yang menjumpai Bilal setelah sekian lama
tidak berjumpa.
Umar amat rindu kepada Bilal dan amat hormat kepadanya. Sehingga
jika nama Abu Bakar disebut didepannya, maka Umar akan berkata: “Abu
Bakar adalah pemimpin kami dan dialah yang telah memerdekakan
pemimpin kami (maksudnya adalah Bilal).”
Pada saat itulah para sahabat mendesak Bilal untuk mengumandangkan
adzan dihadapan Umar Al Faruq.
Begitu suara Bilal berkumandang, Umar serta-merta meneteskan air
mata, dan semua sahabat yang ada pada saat itu turut menangis, sehingga
bulu janggut menjadi basah oleh air mata.
Bilal telah berhasil membangkitkan kerinduan mereka kepada
Madinah.
%%%
Sang pengumandang adzan ini terus tinggal di Damaskus sehingga
menjumpai ajalnya di sana. Istrinya setia mendampingi Bilal saat menjelang
maut sambil berkata: “Duh, kasihannya!” Dan Bilal membuka kedua
matanya setiap kali istrinya berkata demikian, dan ia berkata: “Alangkah
gembiranya!”
Kemudian Bilal melepaskan nafas terakhirnya sambil melantunkan:
“Besok kita akan berjumpa dengan para kekasih, yaitu Muhammad dan
para sahabatnya… Besok kita akan berjumpa dengan para kekasih, yaitu
Muhammad dan para sahabatnya.
pasukan muslimin. Dan ia tinggal di Daraya dekat dari Damaskus.
Bilal masih tidak mau mengumandangkan adzan sehingga Umar bin
Khattab datang ke negeri Syam yang menjumpai Bilal setelah sekian lama
tidak berjumpa.
Umar amat rindu kepada Bilal dan amat hormat kepadanya. Sehingga
jika nama Abu Bakar disebut didepannya, maka Umar akan berkata: “Abu
Bakar adalah pemimpin kami dan dialah yang telah memerdekakan
pemimpin kami (maksudnya adalah Bilal).”
Pada saat itulah para sahabat mendesak Bilal untuk mengumandangkan
adzan dihadapan Umar Al Faruq.
Begitu suara Bilal berkumandang, Umar serta-merta meneteskan air
mata, dan semua sahabat yang ada pada saat itu turut menangis, sehingga
bulu janggut menjadi basah oleh air mata.
Bilal telah berhasil membangkitkan kerinduan mereka kepada
Madinah.
%%%
Sang pengumandang adzan ini terus tinggal di Damaskus sehingga
menjumpai ajalnya di sana. Istrinya setia mendampingi Bilal saat menjelang
maut sambil berkata: “Duh, kasihannya!” Dan Bilal membuka kedua
matanya setiap kali istrinya berkata demikian, dan ia berkata: “Alangkah
gembiranya!”
Kemudian Bilal melepaskan nafas terakhirnya sambil melantunkan:
“Besok kita akan berjumpa dengan para kekasih, yaitu Muhammad dan
para sahabatnya… Besok kita akan berjumpa dengan para kekasih, yaitu
Muhammad dan para sahabatnya.
Kisah dan Teladan Sahabat Rasul Bilal bin Rabah
Reviewed by kopi pancong
on
November 12, 2017
Rating:
No comments: