A’shim Bin Tsabit
“Siapa yang Hendak Berperang Maka Berperanglah Seperti yang
Dilakukan Oleh A’shim Bin Tsabit” (Muhammad Rasulullah)
Bangsa Quraisy berduyun-duyun yang terdiri dari para pembesar
hingga para budak pergi untuk menjumpai Muhammad bin Abdullah di
Uhud.
Kebencian mengisi relung hati mereka, dan mereka hendak menuntut
balas atas setiap darah yang tertumpah dari korban yang berjatuhan di
pihak mereka pada perang Badr.
Lebih dari itu, mereka juga mengajak beberapa orang wanita turutserta untuk memberikan semangat kepada para pria untuk melakukan
perang, dan mengobarkan api perjuangan pada jiwa setiap prajurit.
Wanita-wanita tadi akan terus mengobarkan semangat setiap prajurit,
setiap kali mereka lemah atau takut.
Salah seorang wanita yang turut serta dalam perang ini adalah Hindun
binti Utbah istri dari Abu Sufyan, Raithah binti Munabbih istri dari Amr bin
Al Ash, Sulaqah binti Sa’d yang disertai oleh suaminya yang bernama
Thalhah dan ketiga putranya yang bernama: Masafi’, Al Julas dan Kilab.
Dan banyak lagi wanita lain yang turut-serta dalam peperangan ini seperti
mereka.
Begitu kedua belah pihak sudah saling bertemu, dan api peperangan
telah berkobar. Hindun binti Utbah bersama para wanita yang lain berdiri
di belakang barisan bangsa Quraisy. Mereka memukulkan genderang
sambil bersenandung:
Jika kalian berani maju, maka kami akan memberikan kalian
pelukan
dan kami akan membentangkan bantal-bantal
Jika kalian kabur dari perang maka kami akan meminta cerai
Perceraian yang tidak akan menyenangkan
Lantunan suara mereka membangkitkan kobaran semangat di hati
mereka, dan seolah memiliki daya sihir pada diri para suami mereka.
Lalu usailah peperangan. Dan kemenangan berada di pihak Quraisy
atas pasukan muslimin. Para wanita tadi begitu senang dengan
kemenangan yang mereka raih. Lalu mereka berkeliling di medan perang
yang telah selesai. Mereka melakukan penyiksaan kepada korban perang
dengan amat kejinya: Mereka merobek perut korban, mencungkil mata,
memutus telinga dan hidung.
Bahkan salah seorang dari mereka masih merasa tidak puas kecuali
setelah membuat kalung dan untaian dari hidung dan telinga. Mereka
menjadikan kalung telinga dan hidung tersebut sebagai hiasan sebagai
balas dendam atas ayah, saudara, paman mereka serta lainnya yang telah
terbunuh di Badr.
%%%
Akan tetapi apa yang dilakukan oleh Sulaqah binti Sa’d berbeda dengan
wanita Quraisy lainnya.
Ia terlihat bingung dan panik sambil menunggu suami dan salah
seorang dari ketiga anaknya. Ia ingin tahu kabar tentang mereka, dan ia
juga ingin berbagi kebahagiaan karena kemenangan ini bersama wanita
yang lain.
Setelah ia menunggu lama tanpa hasil, maka ia pun memasuki bekas
medan peperangan tadi. Ia memeriksa setiap orang yang menjadi
korban.Dan ternyata ia menemukan suaminya telah terbunuh dengan
berlumuran darah.
Maka ia bagaikan singa betina yang ketakutan. Ia langsung
menyisirkan pandangannya ke setiap penjuru untuk mencari ketiga
anaknya: Masafi’, Kilab dan Al Julas.
Tidak lama kemudian, ia mendapatkan bahwa ketiganya sudah
tergeletak di tanah Uhud.
Masafi’ dan Kilab rupanya sudah tewas. Sedangkan Al Julas, rupanya ia
masih memiliki sedikit nafas untuk bertahan hidup.
%%%
Sulafah menangisi anaknya yang sedang menghadapi sakaratul maut. Ia
meletakkan kepala anaknya di pangkuannya. Sulafah mencoba untuk
menghapuskan darah yang ada di kening dan mulut anaknya. Sulafah
sudah kehabisan air mata akibat kesedihan yang ia rasakan pasca perang.
Kemudian Sulafah mendekatkan diri kepada anaknya sambil berkata:
“Siapa yang telah mengalahkanmu, wahai anakku?” Anaknya berusaha
untuk menjawab, akan tetapi ia tak kuasa lagi. Kemudian Sulafah kembali
mendesak dengan pertanyaannya, dan kali ini anaknya mampu menjawab
dengan berkata: “Orang yang membunuhku adalah A’shim bin Tsabit,…
dan ia juga yang telah membunuh saudaraku Musafi, dan… akhirnya Al
Julas pun menghembuskan nafas terakhirnya.
Maka menjadi gilalah Sulafah binti Sa’d. Ia langsung berteriak sambil
menangis sekuatnya. Ia bersumpah demi Lata dan Uzza bahwa ia tidak
akan pernah merasa puas kecuali bila bangsa Quraisy telah membalaskan
“Siapa yang Hendak Berperang Maka Berperanglah Seperti yang
Dilakukan Oleh A’shim Bin Tsabit” (Muhammad Rasulullah)
Bangsa Quraisy berduyun-duyun yang terdiri dari para pembesar
hingga para budak pergi untuk menjumpai Muhammad bin Abdullah di
Uhud.
Kebencian mengisi relung hati mereka, dan mereka hendak menuntut
balas atas setiap darah yang tertumpah dari korban yang berjatuhan di
pihak mereka pada perang Badr.
Lebih dari itu, mereka juga mengajak beberapa orang wanita turutserta untuk memberikan semangat kepada para pria untuk melakukan
perang, dan mengobarkan api perjuangan pada jiwa setiap prajurit.
Wanita-wanita tadi akan terus mengobarkan semangat setiap prajurit,
setiap kali mereka lemah atau takut.
Salah seorang wanita yang turut serta dalam perang ini adalah Hindun
binti Utbah istri dari Abu Sufyan, Raithah binti Munabbih istri dari Amr bin
Al Ash, Sulaqah binti Sa’d yang disertai oleh suaminya yang bernama
Thalhah dan ketiga putranya yang bernama: Masafi’, Al Julas dan Kilab.
Dan banyak lagi wanita lain yang turut-serta dalam peperangan ini seperti
mereka.
Begitu kedua belah pihak sudah saling bertemu, dan api peperangan
telah berkobar. Hindun binti Utbah bersama para wanita yang lain berdiri
di belakang barisan bangsa Quraisy. Mereka memukulkan genderang
sambil bersenandung:
Jika kalian berani maju, maka kami akan memberikan kalian
pelukan
dan kami akan membentangkan bantal-bantal
Jika kalian kabur dari perang maka kami akan meminta cerai
Perceraian yang tidak akan menyenangkan
Lantunan suara mereka membangkitkan kobaran semangat di hati
mereka, dan seolah memiliki daya sihir pada diri para suami mereka.
Lalu usailah peperangan. Dan kemenangan berada di pihak Quraisy
atas pasukan muslimin. Para wanita tadi begitu senang dengan
kemenangan yang mereka raih. Lalu mereka berkeliling di medan perang
yang telah selesai. Mereka melakukan penyiksaan kepada korban perang
dengan amat kejinya: Mereka merobek perut korban, mencungkil mata,
memutus telinga dan hidung.
Bahkan salah seorang dari mereka masih merasa tidak puas kecuali
setelah membuat kalung dan untaian dari hidung dan telinga. Mereka
menjadikan kalung telinga dan hidung tersebut sebagai hiasan sebagai
balas dendam atas ayah, saudara, paman mereka serta lainnya yang telah
terbunuh di Badr.
%%%
Akan tetapi apa yang dilakukan oleh Sulaqah binti Sa’d berbeda dengan
wanita Quraisy lainnya.
Ia terlihat bingung dan panik sambil menunggu suami dan salah
seorang dari ketiga anaknya. Ia ingin tahu kabar tentang mereka, dan ia
juga ingin berbagi kebahagiaan karena kemenangan ini bersama wanita
yang lain.
Setelah ia menunggu lama tanpa hasil, maka ia pun memasuki bekas
medan peperangan tadi. Ia memeriksa setiap orang yang menjadi
korban.Dan ternyata ia menemukan suaminya telah terbunuh dengan
berlumuran darah.
Maka ia bagaikan singa betina yang ketakutan. Ia langsung
menyisirkan pandangannya ke setiap penjuru untuk mencari ketiga
anaknya: Masafi’, Kilab dan Al Julas.
Tidak lama kemudian, ia mendapatkan bahwa ketiganya sudah
tergeletak di tanah Uhud.
Masafi’ dan Kilab rupanya sudah tewas. Sedangkan Al Julas, rupanya ia
masih memiliki sedikit nafas untuk bertahan hidup.
%%%
Sulafah menangisi anaknya yang sedang menghadapi sakaratul maut. Ia
meletakkan kepala anaknya di pangkuannya. Sulafah mencoba untuk
menghapuskan darah yang ada di kening dan mulut anaknya. Sulafah
sudah kehabisan air mata akibat kesedihan yang ia rasakan pasca perang.
Kemudian Sulafah mendekatkan diri kepada anaknya sambil berkata:
“Siapa yang telah mengalahkanmu, wahai anakku?” Anaknya berusaha
untuk menjawab, akan tetapi ia tak kuasa lagi. Kemudian Sulafah kembali
mendesak dengan pertanyaannya, dan kali ini anaknya mampu menjawab
dengan berkata: “Orang yang membunuhku adalah A’shim bin Tsabit,…
dan ia juga yang telah membunuh saudaraku Musafi, dan… akhirnya Al
Julas pun menghembuskan nafas terakhirnya.
Maka menjadi gilalah Sulafah binti Sa’d. Ia langsung berteriak sambil
menangis sekuatnya. Ia bersumpah demi Lata dan Uzza bahwa ia tidak
akan pernah merasa puas kecuali bila bangsa Quraisy telah membalaskan
dendamnya dari Ashim bin
Tsabit dan membawa tengkorak kepalanya agar
ia jadikan tempat khamr untuk diminum.
Kemudian Sulafah bernazar untuk memberikan siapa saja yang mampu
menangkap, menawan atau membunuh A’shim bin Tsabit lalu membawa
kepalanya kepada Sulafah, maka ia akan diberi harta apa saja yang paling
indah.
Maka tersebarlah berita tentang nadzar Sulafah ini di kalangan bangsa
Quraisy. Lalu setiap pemuda Mekkah mulai berangan untuk dapat
mengalahkan Ashim bin Tsabit lalu mempersembahkan tengkorak
kepalanya kepada Sualafah, agar ia akan memenangkan hadiah Sulafah ini.
%%%
Kembalilah pasukan muslimin ke Madinah setelah mereka melakukan
perang Uhud. Mereka mengenang peperangan yang baru saja mereka
lakukan dan mereka pun mengenang setiap kejadian dalam perang
tersebut. Mereka berbelasungkawa atas setiap prajurit yang mendapatkan
syahadah di medan laga. Mereka pun memberikan pujian kepada para
ksatria yang begitu berani berperang… dan mereka menyebutkan salah
satu dari para ksatria tersebut adalah Ashim bin Tsabit. Para pasukan
muslimin merasa kagum kepada Ashim, bagaimana ia bisa dapat
mengalahkan tiga orang bersaudara dari satu keluarga dari sekian banyak
korban yang berguguran di tangannya.
Salah seorang dari pasukan muslimin berkata: “Bukankah ini
merupakan hal yang menakjubkan?!! Apakah kalian tidak ingat ketika dulu
Rasulullah Saw bertanya kepada kita sebelum berangkat ke Badr:
‘Bagaimana kalian akan berperang?’… Saat itu Ashim bin Tsabit berdiri
lalu mengambil busur panahnya dan ia letakkan di tangannya dan ia
berkata: ‘Jika musuh berada 100 hasta dari ku maka akan aku hadapi
dengan melesatkan anak panah. Jika musuh semakin dekat sehingga dapat
diserang dengan tombak, maka akan dihadapi dengan tombak sehingga
dapat terkena oleh tombak.
Jika tombak sudah tidak mungkin lagi digunakan, maka tombak
tersebut akan kami letakkan dan kami akan mengambil pedang dan mulai
duel dengan pedang.’ Maka pada saat itu Rasulullah Saw bersabda:
‘Beginilah caranya berperang. Siapa yang akan berperang, maka ia harus
berperang dengan cara yang dilakukan oleh A’shim.”
%%%
Tidak lama berselang setelah usainya perang uhud, Rasulullah Saw
mengirimkan 6 orang para sahabat pilihan dalam sebuah delegasi, dan
delegasi ini dipimpin oleh Ashim bin Tsabit.
Maka berangkatlah delegasi pilihan ini untuk melaksanakan apa yang
telah diperintahkan oleh Nabi Saw. Tatkala mereka sedang berada di salah
satu jalan antara Usfan dan Mekkah, maka ada sebuah rombongan dari
ia jadikan tempat khamr untuk diminum.
Kemudian Sulafah bernazar untuk memberikan siapa saja yang mampu
menangkap, menawan atau membunuh A’shim bin Tsabit lalu membawa
kepalanya kepada Sulafah, maka ia akan diberi harta apa saja yang paling
indah.
Maka tersebarlah berita tentang nadzar Sulafah ini di kalangan bangsa
Quraisy. Lalu setiap pemuda Mekkah mulai berangan untuk dapat
mengalahkan Ashim bin Tsabit lalu mempersembahkan tengkorak
kepalanya kepada Sualafah, agar ia akan memenangkan hadiah Sulafah ini.
%%%
Kembalilah pasukan muslimin ke Madinah setelah mereka melakukan
perang Uhud. Mereka mengenang peperangan yang baru saja mereka
lakukan dan mereka pun mengenang setiap kejadian dalam perang
tersebut. Mereka berbelasungkawa atas setiap prajurit yang mendapatkan
syahadah di medan laga. Mereka pun memberikan pujian kepada para
ksatria yang begitu berani berperang… dan mereka menyebutkan salah
satu dari para ksatria tersebut adalah Ashim bin Tsabit. Para pasukan
muslimin merasa kagum kepada Ashim, bagaimana ia bisa dapat
mengalahkan tiga orang bersaudara dari satu keluarga dari sekian banyak
korban yang berguguran di tangannya.
Salah seorang dari pasukan muslimin berkata: “Bukankah ini
merupakan hal yang menakjubkan?!! Apakah kalian tidak ingat ketika dulu
Rasulullah Saw bertanya kepada kita sebelum berangkat ke Badr:
‘Bagaimana kalian akan berperang?’… Saat itu Ashim bin Tsabit berdiri
lalu mengambil busur panahnya dan ia letakkan di tangannya dan ia
berkata: ‘Jika musuh berada 100 hasta dari ku maka akan aku hadapi
dengan melesatkan anak panah. Jika musuh semakin dekat sehingga dapat
diserang dengan tombak, maka akan dihadapi dengan tombak sehingga
dapat terkena oleh tombak.
Jika tombak sudah tidak mungkin lagi digunakan, maka tombak
tersebut akan kami letakkan dan kami akan mengambil pedang dan mulai
duel dengan pedang.’ Maka pada saat itu Rasulullah Saw bersabda:
‘Beginilah caranya berperang. Siapa yang akan berperang, maka ia harus
berperang dengan cara yang dilakukan oleh A’shim.”
%%%
Tidak lama berselang setelah usainya perang uhud, Rasulullah Saw
mengirimkan 6 orang para sahabat pilihan dalam sebuah delegasi, dan
delegasi ini dipimpin oleh Ashim bin Tsabit.
Maka berangkatlah delegasi pilihan ini untuk melaksanakan apa yang
telah diperintahkan oleh Nabi Saw. Tatkala mereka sedang berada di salah
satu jalan antara Usfan dan Mekkah, maka ada sebuah rombongan dari
Hudzail yang mengetahui
keberadaan rombongan delegasi ini. Jamaah dari
Hudzail itupun lalu segera mengejar mereka, dan mengepung mereka
begitu rapatnya.
Maka Ashim dan para sahabatnya langsung menguhunuskan pedang
mereka dan berniat untuk menghadapi para penghadang mereka.
Maka orang-orang Hudzail inipun berkata kepada mereka: “Kalian
tidak akan mampu menghadapi kami. Kami adalah penduduk kampung ini.
Jumlah kami begitu banyak, dan kalian hanya berjumlah sedikit saja. Demi
Tuhan Ka’bah, kami tidak akan berbuat jahat kepada kalian bila kalian
menyerah. Dan kalian dapat memegang janji Allah ini.”
Maka keenam sahabat tadi saling melemparkan pandangan kepada
masaing-masing mereka seolah mereka sedang bermusyawarah akan apa
yang mesti mereka lakukan.”
Lalu Ashim menoleh ke arah para sahabatnya dan berkata: “Aku tidak
akan percaya dengan janji seorang musyrik.” Kemudian Ashim teringat
akan nadzar Sulafah atas dirinya, dan Ashim langsung menghunuskan
pedangnya dan berdo’a: “ Ya Allah, Aku akan berjuang dan membela
agamamu. Maka jagalah daging dan tulangku sehingga tidak ada musuhmusuh Allah yang dapat mengalahkannya.
Kemudian Ashim menyerang orang-orang Hudzail tadi yang diikuti
oleh kedua orang sahabatnya. Mereka adalah Martsad Al Ghanawy dan
Khalid Al Laitsy… Mereka terus melawan kepada orang-orang Hudzail ini
sehingga mereka pun tewas satu demi satu.
Sedangkan ketiga orang sahabat Rasul lainnya, mereka adalah:
Abdullah bin Thariq, Zaid bin Al Dutsunah dan Khubaib bin Ady. Ketiganya
menyerahkan diri kepada orang-orang Hudzail tadi. Namun orang-orang
Hudzail telah berkhianat kepada mereka.
%%%
Orang-orang Hudzail ini tidak mengerti bahwa salah seorang dari
korban tersebut adalah Ashim bin Tsabit. Begitu mereka mengetahuinya,
maka mereka menjadi amat girang, dan mereka mengkhayalkan bahwa
mereka akan mendapatkan hadiah yang besar.
Tidak heran, karena bukankah Sulafah binti Sa’d telah bernazar bila ia
berhasil menangkap Ashim bin Tsabit maka ia akan meminum khamr dari
tengkorak kepalanya?
Bukankah ia sudah berjanji bagi siapa saja yang dapat membawa Ashim
hidup atau mati kepadanya, maka si pembawa akan mendapatkan harta
apa saja yang ia inginkan?!
%%
Hudzail itupun lalu segera mengejar mereka, dan mengepung mereka
begitu rapatnya.
Maka Ashim dan para sahabatnya langsung menguhunuskan pedang
mereka dan berniat untuk menghadapi para penghadang mereka.
Maka orang-orang Hudzail inipun berkata kepada mereka: “Kalian
tidak akan mampu menghadapi kami. Kami adalah penduduk kampung ini.
Jumlah kami begitu banyak, dan kalian hanya berjumlah sedikit saja. Demi
Tuhan Ka’bah, kami tidak akan berbuat jahat kepada kalian bila kalian
menyerah. Dan kalian dapat memegang janji Allah ini.”
Maka keenam sahabat tadi saling melemparkan pandangan kepada
masaing-masing mereka seolah mereka sedang bermusyawarah akan apa
yang mesti mereka lakukan.”
Lalu Ashim menoleh ke arah para sahabatnya dan berkata: “Aku tidak
akan percaya dengan janji seorang musyrik.” Kemudian Ashim teringat
akan nadzar Sulafah atas dirinya, dan Ashim langsung menghunuskan
pedangnya dan berdo’a: “ Ya Allah, Aku akan berjuang dan membela
agamamu. Maka jagalah daging dan tulangku sehingga tidak ada musuhmusuh Allah yang dapat mengalahkannya.
Kemudian Ashim menyerang orang-orang Hudzail tadi yang diikuti
oleh kedua orang sahabatnya. Mereka adalah Martsad Al Ghanawy dan
Khalid Al Laitsy… Mereka terus melawan kepada orang-orang Hudzail ini
sehingga mereka pun tewas satu demi satu.
Sedangkan ketiga orang sahabat Rasul lainnya, mereka adalah:
Abdullah bin Thariq, Zaid bin Al Dutsunah dan Khubaib bin Ady. Ketiganya
menyerahkan diri kepada orang-orang Hudzail tadi. Namun orang-orang
Hudzail telah berkhianat kepada mereka.
%%%
Orang-orang Hudzail ini tidak mengerti bahwa salah seorang dari
korban tersebut adalah Ashim bin Tsabit. Begitu mereka mengetahuinya,
maka mereka menjadi amat girang, dan mereka mengkhayalkan bahwa
mereka akan mendapatkan hadiah yang besar.
Tidak heran, karena bukankah Sulafah binti Sa’d telah bernazar bila ia
berhasil menangkap Ashim bin Tsabit maka ia akan meminum khamr dari
tengkorak kepalanya?
Bukankah ia sudah berjanji bagi siapa saja yang dapat membawa Ashim
hidup atau mati kepadanya, maka si pembawa akan mendapatkan harta
apa saja yang ia inginkan?!
%%
Tidak selang begitu lama
setelah peristiwa terbunuhnya Ashim bin
Tsabit ini sehingga suku Quraisy mendengar kabarnya. Sebab suku Hudzail
ini tinggal tidak jauh dari Mekkah.
Maka para pemuka Quraisy mengutus seseorang dari mereka kepada
para pembunuh Ashim agar kepala Ashim diserahkan kepada mereka. Hal
itu demi membayar kebencian Sulafah binti Sa’d dan agar ia dapat
menepati sumpahnya. Disamping itu juga agar rasa sedihnya akibat
tewasnya ketiga anaknya berkurang yang telah dibunuh semuanya oleh
Ashim.
Para pembesar Quraisy ini menitipkan harta yang banyak pada utusan
tadi, dan menyuruh utusan tersebut untuk memberikan harta tersebut
kepada para penduduk Hudzail begitu mereka menyerahkan kepala Ashim.
%%%
Para penduduk Hudzail hendak memotong kepala Ashim, dan mereka
kaget bahwa kepala Ashim telah dikerubungi oleh lebah dari seluruh
sisinya.
Dan setiap kali mereka hendak mendekat kepada bangkai tubuhnya,
maka para lebah tadi akan terbang ke muka mereka dan menyengat mata,
kening dan setiap tempat pada tubuh mereka. Semua lebah tadi berusaha
untuk mengusir mereka dari tubuh Ashim.
Begitu mereka putus asa setelah berusaha berkali-kali untuk
melakukannya, salah seorang dari mereka berkata: “Biarkan saja tubuhnya
hingga malam tiba. Sebab lebah bila malam tiba akan pergi darinya dan
kalian akan dibiarkan oleh lebah untuk mendekati dirinya.”
Kemudian mereka pun duduk menunggu tidak jauh dari tubuh Ashim.
%%%
Akan tetapi begitu siang telah pergi dan malam mulai tiba, maka tibatiba langit menjadi begitu mendung dan amat pekat.
Cuaca menjadi dingin dan hujan pun mulai turun dengan sangat
lebatnya. Dan belum pernah ada disaksikan oleh manusia di bumi ini,
hujan yang begitu lebat turun dari langit.
Maka semua lereng, lembah dan jalan-jalan di bukit pun di penuhi oleh
air. Semua daerah di penuhi dengan air yang begitu banyak.
Begitu waktu pagi tiba, para penduduk Hudzail mencari jasad Ashim di
setiap tempat. Namun mereka tidak menemukannya. Hal itu terjadi, karena
air telah membawa jasadnya pergi jauh dari mereka ke tempat yang mereka
tidak tahu.
Rupanya Allah Swt telah mengabulkan do’a Ashim bin Tsabit, sehingga
Allah Swt melindungi jasadnya yang suci agar tidak dianiaya.
Tsabit ini sehingga suku Quraisy mendengar kabarnya. Sebab suku Hudzail
ini tinggal tidak jauh dari Mekkah.
Maka para pemuka Quraisy mengutus seseorang dari mereka kepada
para pembunuh Ashim agar kepala Ashim diserahkan kepada mereka. Hal
itu demi membayar kebencian Sulafah binti Sa’d dan agar ia dapat
menepati sumpahnya. Disamping itu juga agar rasa sedihnya akibat
tewasnya ketiga anaknya berkurang yang telah dibunuh semuanya oleh
Ashim.
Para pembesar Quraisy ini menitipkan harta yang banyak pada utusan
tadi, dan menyuruh utusan tersebut untuk memberikan harta tersebut
kepada para penduduk Hudzail begitu mereka menyerahkan kepala Ashim.
%%%
Para penduduk Hudzail hendak memotong kepala Ashim, dan mereka
kaget bahwa kepala Ashim telah dikerubungi oleh lebah dari seluruh
sisinya.
Dan setiap kali mereka hendak mendekat kepada bangkai tubuhnya,
maka para lebah tadi akan terbang ke muka mereka dan menyengat mata,
kening dan setiap tempat pada tubuh mereka. Semua lebah tadi berusaha
untuk mengusir mereka dari tubuh Ashim.
Begitu mereka putus asa setelah berusaha berkali-kali untuk
melakukannya, salah seorang dari mereka berkata: “Biarkan saja tubuhnya
hingga malam tiba. Sebab lebah bila malam tiba akan pergi darinya dan
kalian akan dibiarkan oleh lebah untuk mendekati dirinya.”
Kemudian mereka pun duduk menunggu tidak jauh dari tubuh Ashim.
%%%
Akan tetapi begitu siang telah pergi dan malam mulai tiba, maka tibatiba langit menjadi begitu mendung dan amat pekat.
Cuaca menjadi dingin dan hujan pun mulai turun dengan sangat
lebatnya. Dan belum pernah ada disaksikan oleh manusia di bumi ini,
hujan yang begitu lebat turun dari langit.
Maka semua lereng, lembah dan jalan-jalan di bukit pun di penuhi oleh
air. Semua daerah di penuhi dengan air yang begitu banyak.
Begitu waktu pagi tiba, para penduduk Hudzail mencari jasad Ashim di
setiap tempat. Namun mereka tidak menemukannya. Hal itu terjadi, karena
air telah membawa jasadnya pergi jauh dari mereka ke tempat yang mereka
tidak tahu.
Rupanya Allah Swt telah mengabulkan do’a Ashim bin Tsabit, sehingga
Allah Swt melindungi jasadnya yang suci agar tidak dianiaya.
Allah juga menjaga kepala
Ashim agar tidak dijadikan tempat khamr
untuk minum. Dan Allah tidak akan memberikan kesempatan bagi kaum
musyrikin atas mukminin.
untuk minum. Dan Allah tidak akan memberikan kesempatan bagi kaum
musyrikin atas mukminin.
Kisah dan Teladan Sahabat rasul A’shim Bin Tsabit
Reviewed by kopi pancong
on
November 16, 2017
Rating:
No comments: