Recent Posts

Iklan Tengah Artikel 2

Kisah dan Teladan Sahabat Rasul Abbad Bin Bisyrin

Abbad Bin Bisyrin
“Tidak Ada yang Menandingi Keutamaan 3 Orang dari Suku Anshar,
Mereka Adalah: Sa’d Bin Muadz, Usaid Bin Al Hudhair & Abbad Bin
Bisyrin.” (Aisyah, Ummul Mukminin)

Abbad bin Bisyrin adalah sebuah nama yang bersinar dalam sejarah
dakwah Muhammad.
Jika engkau mencarinya diantara para hamba-hamba Allah; maka
engkau akan mendapati dirinya sebagai orang yang bertaqwa,
berkepribadian bersih, senantiasa bangun di tengah malam membaca
berjuz-juz Al Qur’an.
Jika engkau mencarinya di antara para pahlawan, maka engkau akan
mendapatinya bahwa ia adalah seorang yang gagah berani yang turun di
berbagai pertempuran untuk menegakkan kalimat Allah Swt.
Jika engkau mencarinya di antara para wali (gubernur), maka engkau
akan mendapatinya bahwa dia adalah seroang yang kuat dan dipercaya
untuk mengurus harta kaum muslimin… sehingga Aisyah ra berkata
tentang dirinya dan dua orang lagi dari sukunya: “Tiga orang dari suku
Anshar yang tidak tertandingi oleh seorangpun dalam keutamaan.
Semuanya berasal dari Bani Abdil Asyhal: Sa’d bin Muadz, Usaid bin Al
Hudhair dan Abbad bin Bisyrin.
Abbad bin Bisyrin Al Asyhaly saat muncul di penjuru Yatsrib sinar
petunjuk Muhammad kala itu ia masih seorang remaja yang masih segar.
Dari wajahnya terpancar kesucian dan harga diri. Dari prilakunya terlihat
bahwa ia adalah seorang anak yang cerdas, meskipun pada saat itu ia
belum genap 25 tahun.
%%%
Ia telah bergabung dengan sang da’I dari Mekkah yang bernama
Mus’ab bin Umair, maka segeralah terhubung ikatan iman di antara
keduanya. Dan kedua jiwa mereka disatukan oleh akhlak yang terpuji dan
sifat yang mulia.
Ia mendengarkan Mus’ab yang membacakan Al Qur’an dengan suara
yang lembut dan tenang, dan dengan intonasinya yang berkesan. Maka
Abbad begitu cinta dengan kalamullah, dan membiarkan kalam tersebut
menembus relung hatinya yang terdalam sebagai tempat bersemayam ayatayat Tuhan. Ia menjadikan ayat-ayat Allah tersebut menjadi kesibukannya
yang baru yang senantiasa ia ulang-ulang di waktu malam dan siang. Pada
saat ia bermukim atau sedang melakukan perjalanan. Sehingga ia dikenal
dikalangan sahabat sebagai Imam dan sahabat Al Qur’an.
%%%
Suatu malam Rasulullah Saw sedang melakukan shalat Tahajjud di
rumah Ais’yah yang menempel dengan dinding masjid. Kemudian Beliau
mendengar suara Abbad bin Bisyrin yang sedang membaca Al Qur’an
dengan begitu jernih dan segar seperti saat Jibril membawakannya kepada
hati Beliau. Rasul lalu bertanya: “Wahai Aisyah, Apakah ini suara Abbad
bin Bisyrin?!” Aisyah menjawab: “Benar, ya Rasulullah.” Rasul berdo’a: “Ya
Allah, ampunilah dirinya!”
%%%
Abbad bin Bisyrin mengikuti Rasululllah Saw dalam setiap peperangan
yang Beliau lakukan. Dalam setiap perang, ia memiliki kisah yang pantas
bagi seorang pemegang Al Qur’an…
Salah satunya adalah saat Rasulullah Saw baru kembali dari perang
Dzatu Riqa’, Beliau berhenti bersama dengan muslimin lainnya di sebuah
lereng untuk bermalam di sana.
Salah seorang dari pasukan muslimin telah menawan –di tengah
perang- seorang wanita musyrikin tanpa sepengetahuan suaminya. Begitu
suaminya pulang –dan tidak menemukan istrinya- ia bersumpah demi Lata
dan Uzza untuk menyusul Muhammad dan para sahabatnya, dan tidaka
akan kembali kecuali setelah membunuh salah seorang dari mereka.
%%%
Hampir saja pasukan muslimin mengistirahatkan unta-unta mereka di
lereng, lalu Rasulullah Saw bertanya kepada mereka: “Siapa yang akan
berjaga pada malam ini?”
Maka berdirilah Abbad bin Bisyrin dan Ammar bin Yasir yang berkata:
“Kami yang akan berjaga, ya Rasulullah!”
Begitu mereka keluar menuju mulut lembah, Abbad bin Bisyrin berkata
kepada sahabatnya Ammar bin Yasir: “Pada bagian malam yang mana
engkau mau tidur, awal atau akhirnya?” Ammar menjawab: “Aku akan
tidur di awalnya.” Lalu berbaringlah Ammar tidak jauh dari Abbad.
%%%
Malam begitu tenang dan damai. Bintang, pepohonan dan batu-batuan
bertasbih dan bertahmid seraya mensucikan Tuhannya. Maka jiwa Abbad
bin Bisyrin begitu ingin melakukan ibadah dan rindu untuk membaca Al
Qur’an.

Saat yang paling sukai dalam membaca Al Qur’an adalah pada saat ia
shalat, maka ia menggabungkan kenikmatan shalat dengan kenikmatan
membaca Al Qur’an.
Ia menghadap kiblat dan mulai melakukan shalat. Ia mulai membaca
Surat Al Kahf dengan suaranya yang merdu.
Tatkala ia sedang menyerap cahaya ilahi ini, tenggelam dalam berbagai
nikmat sinar-Nya, maka datanglah pria yang mencari istrinya dengan
langkah yang cepat. Begitu ia melihat Abbad dari kejauhan yang berdiri di
mulut lereng, ia mengetahui bahwa Nabi Saw dan para sahabatnya berada
di dalam lereng tersebut dan bahwa orang yang berdiri adalah penjaga
mereka. Lalu ia menyiapkan busur panahnya, kemudian mengambil sebuah
anak panah dari tempatnya, kemudian melepaskannya ke arah Abbad lalu
melukainya.
Abbad lalu mencabut anak panah itu dari tubuhnya lalu meneruskan
bacaan dan larut dalam shalat.
Kemudian orang tadi melepaskan anak panah yang kedua dan
mengenai tubuhnya. Lalu Abbad mencabutnya lagi seperti yang ia lakukan
sebelumnya. Kemudian pria tadi memanahnya untuk kali yang ketiga.
Abbad pun mencabutnya lagi seperti 2 anak panah sebelumnya. Kemudian
ia beringsut sehingga mendekat ke arah sahabatnya lalu
membangunkannya sambil berkata: “Bangunlah, luka-luka ini telah
membuatku payah.”
Begitu pria tadi melihat mereka berdua, ia langsung lari
menyelamatkan diri.
%%%
Maka disinilah Ammar melihat tubuh Abbad yang berlumuran darah
yang mengalir dari 3 luka. Ia bertanya kepada Abbad: “Subhanallah,
mengapa engkau tidak membangungkan aku saat panah pertama
mengenaimu?!” Abbad menjawab: “Aku sedang membaca surat yang aku
tidak ingin memutusnya hingga ia selesai. Demi Allah, kalau aku tidak
khawatir dapat membuat benteng Rasulullah Saw menjadi tak terjaga
sebagaimana yang Beliau perintahkan, maka jiwaku yang terputus lebih
aku sukai dari pada memutus bacaan tersebut.”
%%%
Saat peperangan melawan kaum murtadin terjadi pada masa
pemerintahan Abu Bakar ra. Khalifah Abu Bakar menyiapkan sebuah
pasukan yang berjumlah amat banyak untuk menumpas perlawanan yang
dipimpin oleh Musailamah Al Kadzzab dan para orang-orang murtad yang
menjadi pendukungnya serta untuk mengembalikan mereka lagi kepada
pangkuan Islam. Abbad bin Bisyrin termasuk salah seorang prajurit yang
berangkat dalam misi ini.

Abbad melihat –di tengah peperangan dimana kaum muslimin belum
dapat membukukan kemenangan- adanya kaum Anshar yang
mengandalkan kaum muhajirin, dan kaum muhajirin juga mengandalkan
kaum Anshar yang membuat hati Abbad menjadi penuh kejengkelan. Ia
juga mendengar mereka saling meledek sehingga telinganya serasa dicucuk
duri. Maka Abbad merasa yakin bahwa kaum muslimin tidak akan berhasil
dalam perang ini kecuali bila setiap kelompok berpisah dari lainnya untuk
mengemban tugas masing-masing… dan agar para mujahidin yang teguh
dan sabar mengerti dengan sebenar-benarnya.
%%%
Pada malam sebelum terjadinya perang, Abbad bermimpi dalam
tidurnya bahwa langit terbuka untuknya. Begitu ia masuk ke dalam langit,
ia tertarik ke dalam dan pintu langit pun tertutup kembali.
Keesokan paginya, ia menceritakan hal itu kepada Abu Said Al Khudry,
dan Abbad berkata: “Demi Allah, itu menandakan bahwa aku akan
mendapatkan syahadah (kematian dalam berjuang di jalan Allah).”
%%%
Begitu matahari sudah mulai meninggi dan perang pun telah di mulai.
Abbad bin Bisyrin naik ke sebuah tempat yang tinggi dan berteriak: “Wahai
kaum Anshar… berpencarlah kalian dari pasukan! Patahkanlah sarung
pedang kalian! Dan janganlah kalian meninggalkan Islam yang datang dari
arah mu!”
Ia terus saja meneriakkan seruannya sehingga berkumpul
dihadapannya 400 orang Anshar, termasuk dari mereka adalah Tsabit bin
Qais, Al Barra bin Malik dan Abu Dajjanah, pemilik pedang Rasulullah
Saw.
Abbad bin Bisyrin lalu merangsek masuk ke barisan musuh bersama
mereka dengan menebaskan pedang mereka. Begitu beraninya sehingga ia
menghampiri kematian dengan dadanya. Sehingga pertahanan Musailamah
Al Kadzzab dan para pendukungnya semakin melemah yang membuat
mereka berlindung ke Hadiqatul Maut (Taman Kematian).
Di bawah gerbang taman itulah Abbad bin Bisyrin jatuh terpuruk
sebagai seorang syahid yang tewas berlumuran darah… di tubuhnya
banyak sekali bekas luka tebasan pedang, tusukan tombak dan anak panah,
sehingga pasukan muslimin tidak sanggup lagi untuk mengenalinya,
kecuali setelah mereka menemukan salah satu tanda di tubuhnya
Kisah dan Teladan Sahabat Rasul Abbad Bin Bisyrin Kisah dan Teladan Sahabat Rasul Abbad Bin Bisyrin Reviewed by kopi pancong on November 15, 2017 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.