Recent Posts

Iklan Tengah Artikel 2

Kisah dan Teladan Sahabat Rasul : Anas bin Malik Al Anshary

Anas bin Malik Al Anshary
“Allahumma Urzuqhu Maalan wa Waladan wa Baarik Lahu (Ya
Allah berikanlah ia harta dan keturunan dan berkahilah dirinya).”
(Doa Rasul Saw baginya)

Anas bin Malik masih dalam usia belia saat ibunya yang bernama Al
Ghumaisha’1 mengajarkan kepadanya syahadatain (dua kalimat syahadat).
Al Ghumaisha’ mengisi hati Anas untuk mencintai Sang Nabi pembawa
ajaran Islam yang bernama Muhammad bin Abdillah alaihi afdhalus shalati
wa azkas salam.
Anas pun langsung tertarik untuk mendengarkan. Tidak
mengherankan, terkadang telinga dapat membuat seseorang menjadi jatuh
cinta sebelum pandangan mata menyaksikan... Betapa anak yang masih
dalam usia belia ini berharap untuk pergi menjumpai Nabinya yang berada
di Mekkah, atau Rasul Saw berkenan untuk mengunjungi mereka di Yatsrib
agar ia puas melihatnya dan bergembira karena telah berjumpa dengannya.

Tidak lama berselang hingga di kota Yatsrib yang beruntung ini
tersebar kabar bahwa Nabi Saw dan sahabatnya yang bernama As Shiddiq
(Abu Bakar) sedang dalam perjalanan menuju Yatsrib... Maka setiap rumah
menjadi ceria karenanya. Setiap relung hati manusia pun menjadi gembira
dibuatnya...
Semua mata dan hati manusia menjadi tertarik untuk menanti
perjalanan yang disusuri oleh Nabi Saw dan sahabatnya menuju kota
Yatsrib.

Para remaja setiap pagi berteriak: “Muhammad telah datang!” Anas
bersama bocah-bocah kecil lainnya berlari menuju ke sumber suara; akan
tetapi ia tidak mendapati apa-apa dan akhirnya ia kembali dengan hati
yang sedih.


Di suatu pagi yang cerah dan segar, beberapa orang pria di kota Yatsrib
berteriak seraya mengatakan bahwa Muhammad dan seorang sahabatnya
hampir tiba di Madinah.
Serentak beberapa orang pria dewasa bergerak menuju jalan yang
disusuri oleh Nabi Saw...
Mereka semua bergegas secara berbondong-bondong berlari
menghampiri Nabi Saw dan di antara mereka juga banyak anak dalam usia
belia yang dengan wajah berseri dan hati bahagia pergi menyongsong
kedatangan sang Nabi Saw.
Di barisan para anak usia belia tersebut terdapat seorang anak yang
bernama Anas bin Malik Al Anshary.

Tibalah Rasul Saw beserta sahabatnya As Shiddiq. Mereka berdua tiba
dengan sambutan meriah yang diberikan penduduk Madinah yang penuh
sesak terdiri dari para pria dewasa dan anak-anak.
Sedang para ibu dan gadis berada di atap rumah, memandang dari
kejauhan datangnya sang Rasul Saw. Mereka bertanya-tanya: “Yang mana
Rasul.... Yang mana Rasul?”
Hari itu menjadi sejarah... Anas masih terus mengenangnya hingga
pada usianya yang lebih dari 100 tahun.

Baru saja Rasulullah Saw hendak tinggal dan menetap di Madinah;
datanglah Al Ghumaisha’ binti Milhan ibunya Anas menghadap Beliau. Al
Ghumaisha’ membawa anaknya yang masih kecil yang diajak untuk
menghadap Rasulullah. Saat itu Anas berambut poni dengan uraian rambut
kecil yang bergerak ke kanan dan ke kiri menutupi keningnya...
Lalu Al Ghumaisha’ memberi salam kepada Nabi Saw seraya berkata:
“Ya Rasulullah... Tidak ada seorang pria dan wanita pun dari suku Anshar
yang menghadapmu kecuali mereka memberikan hadiah kepadamu. Aku
tidak memiliki apa-apa untuk dijadikan hadiah selain anak ini saja...
Ambillah ia dan jadikanlah ia pembantu sesuka hatimu!”
Nabi Saw gembira mendengarnya dan Beliaupun menerima Anas
dengan wajah yang sumringah. Beliau membelai kepala Anas dengan
tangan Beliau yang mulia. Beliau juga membelai rambut poni Anas dengan
jari Beliau yang lembut. Akhirnya Rasul Saw menerima Anas menjadi
anggota keluarganya.
Anas atau Unais –sebagaimana penduduk Madinah memanggilnya
dengan panggilan manja- saat itu berusia 10 tahun saat ia mulai bahagia
dapat membantu Nabi Saw. Ia terus tinggal dalam asuhan Nabi Saw hingga
Beliau dipanggil oleh Allah Swt.
Anas mendampingi Nabi Saw selama 10 tahun, dimana ia mendapatkan
petunjuk langsung dari Nabi Saw untuk mensucikan dirinya. Ia juga
menerima seluruh hadits Rasulullah sehingga memenuhi ruang dadanya.
Anas juga mengetahui kondisi, cerita, rahasia dan kebiasaan terpuji Beliau
yang jarang diketahui oleh orang lain.

Anas dalam pergaulannya dengan Nabi Saw mendapatkan apa yang
tidak didapat oleh seorang anak dari ayahnya. Ia juga menemukan dari
keagungan sifat Rasul yang membuat seluruh dunia merasa iri kepadanya.
Mari kita persilahkan Anas untuk bercerita tentang beberapa kisah
menarik dari pergaulannya dengan Rasul Saw yang ia dapatkan dalam
asuhan Beliau. Ia amat mengetahui hal ini, dan untuk menceritakannya ia
amat berkompeten...
Anas bin Malik berkata: “Rasulullah Saw adalah manusia yang paling
baik akhlaknya, Beliau adalah manusia yang paling lapang dada dan Beliau
adalah manusia yang paling penyayang...
Beliau pernah menyuruhku untuk membeli sesuatu dan akupun keluar
untuk membelinya. Di tengah jalan Aku berniat untuk bermain bersama
para anak-anak di pasar dan aku tidak melakukan apa yang diperintahkan
oleh Rasul kepadaku. Saat aku sudah bertemu dengan anak-anak tadi aku
merasakan ada seorang pria yang berdiri di belakangku, dan ia menarik
bajuku... Aku menoleh ke belakang, ternyata ia adalah Rasulullah Saw.
Beliau tersenyum seraya berujar: “Wahai Unais, apakah kau sudah
melakukan apa yang aku suruh?” Aku menjadi grogi dan berkata: “Baik...
aku akan melakukannya sekarang, Ya Rasulullah....”
Demi Allah, aku sudah membantu Beliau 10 tahun lamanya, namun
atas apa yang aku lakukan sepanjang itu Beliau tidak pernah berkata:
“Mengapa kau lakukan ini?” Dan Beliau tidak pernah berkata atas apa
yang tidak aku kerjakan: “Mengapa kau tidak mengerjakannya?”

Rasulullah Saw jika memanggil Anas maka Beliau memanggilnya
dengan panggilan manja dan kasih sayang; terkadang Beliau
memanggilnya dengan Unais. Kadang kala Beliau memanggilnya dengan
‘Anakku’.
Sering kali Rasulullah memberikan nasehat dan wejangan yang
memenuhi relung hati dan sanubari Anas. Salah satunya adalah nasehat
Beliau kepada Anas
“Anakku, bila kau mampu berada di pagi dan sore hari tanpa ada
dengki di hatimu pada siapapun, maka lakukanlah...! Anakku, yang
demikian adalah termasuk sunnahku, barang siapa yang
menghidupkan sunnahku maka ia telah mencintaiku... barang siapa
yang mencintaiku maka ia akan berada di surga
bersamaku...Anakku, jika kau masuk ke dalam rumah ucapkanlah
salam karena itu akan membawa keberkahan bagimu dan juga bagi
penghuni rumahmu.”

Setelah Rasulullah Saw wafat Anas bin Malik masih hidup lebih dari 80
tahun lamanya; Sepanjang itu ia mengisi ruang hatinya dengan ilmu dari
Rasulullah Saw, dan ia mencoba mengasah otaknya dengan fikih yang
diajarkan oleh Nabi Saw. Dalam masa yang sepanjang itu, Anas telah
banyak menghidupkan hati para sahabat dan tabi’in2 dengan petunjuk dan
ajaran Nabi Saw. Ia juga sering memberitahukan kepada orang lain sabda
dan kebiasaan Rasulullah Saw.
Dalam usia panjang yang dimilikinya ini, Anas menjadi referensi bagi
kaum muslimin saat itu. Mereka akan mengadukan permasalahan
kepadanya setiap kali mereka merasakan kesulitan. Setiap kali merasa
bingung memutuskan suatu persoalan hukum mereka datang kepada Anas
dan percaya atas apa yang ia putuskan.
Salah satunya adalah sebagian orang yang memperdebatkan masalah
agama tentang kebenaran adanya telaga Nabi Saw di hari kiamat. Mereka
bertanya kepada Anas tentang hal tersebut. Anas berujar: “Aku tidak
pernah menduga bahwa aku akan hidup untuk melihat orang-orang
sepertimu yang memperdebatkan masalah telaga Rasul. Telah banyak
wanita-wanita tua sebelumku, dimana setiap kali ia melakukan shalat pasti
ia berdoa kepada Allah agar diberikan air minum dari telaga Nabi Saw.”
Anas masih terus hidup dengan kenangan indah bersama Rasulullah
Saw sepanjang umurnya. Ia amat bahagia di hari saat ia berjumpa dengan
Beliau. Begitu terguncang saat berpisah. Ia sering kali mengulangi
pembicaraan tentang hal tersebut... Anas begitu keras untuk berusaha
mencontoh Rasulullah Saw dalam perbuatan dan ucapannya. Ia menyukai
apa yang disukai Nabi Saw, dan membenci apa yang Beliau benci. Hal yang
paling sering ia ingat saat bersama Nabi Saw adalah 2 hari: Hari pada kali
pertama ia berjumpa dengan Nabi Saw, dan hari dimana Beliau wafat pada
terakhir kali.
Jika ia mengenang hari pertama ia berjumpa Rasul, ia menjadi gembira
dan semangat seolah ia menghirup aroma yang semerbak. Namun bila
terbersit dalam benaknya hari yang kedua, ia menjadi sedih dan menangis.
Malah ia mampu membuat manusia yang berada di sekelilingnya saat itu
menjadi menangis.
Sering kali ia berkata: “Aku melihat Nabi Saw saat Beliau datang kepada
kami, dan akupun melihatnya saat Beliau wafat. Sampai kini aku belum
menemukan hari lain seperti kedua hari tersebut. Pada hari Beliau datang
ke Madinah, Beliau mampu menerangi semuanya... dan pada hari ia
hampir melangkah menuju sisi Tuhannya, maka seolah semuanya menjadi
gelap. Kali terakhir aku melihat Beliau adalah hari Senin di saat tirai kamar
Beliau di buka. Aku melihat wajah Beliau seolah lembaran kertas. Saat itu
semua orang berdiri di belakang Abu Bakar seraya memandang ke arah
Beliau. Hampir saja mereka tak kuasa menahan diri. Lalu Abu Bakar
memberi isyarat kepada mereka untuk tenang. Lalu wafatlah Rasulullah
Saw di penghujung hari itu. Kami belum pernah melihat pemandangan
yang lebih menakjubkan hati kami melebihi wajah Beliau saat kami
mengubur jasad Beliau dengan tanah.”

Rasulullah Saw sering kali mendo’akan Anas bin Malik.. Salah satu doa
Beliau untuknya adalah: “
Allahumma Urzuqhu Maalan wa Waladan, wa
Baarik Lahu (Ya Allah, berikanlah ia harta dan keturunan, dan berkahilah
hidupnya).”
Allah mengabulkan doa Nabi-Nya, dan Anas menjadi orang dari suku
Anshar yang paling banyak hartanya. Ia memiliki keturunan yang amat
banyak, sehingga bila ia melihat anak serta cucunya maka jumlahnya
melebihi 100 orang.
Allah Swt memberikan keberkahan pada umurnya sehingga ia hidup 1
abad lamanya ditambah 3 tahun lagi.
Anas ra senantiasa berharap syafaat Nabi Saw untuk dirinya pada hari
kiamat. Sering kali ia berucap: “Aku berharap dapat berjumpa dengan
Rasulullah Saw pada hari kiamat sehingga aku dapat berkata kepada
Beliau: “Ya Rasulullah, inilah pembantu kecilmu, Unais.”

Ketika Anas mulai jatuh sakit menjelang kematiannya, ia berujar
kepada keluarganya: “Talqinkan aku kalimat
La ilaha illahu,
Muhammadun Rasulullah.” Ia terus mengucapkan kalimat tadi hingga ia
mati.

Ia berwasiat kepada keluarganya tentang sebuah tongkat kecil milik
Rasulullah Saw agar tongkat tersebut dikuburkan bersamanya. Maka
tongkat itupun diletakkan di sisi tubuh dan bajunya.

Selamat kepada Anas bin Malik atas anugerah kebaikan yang telah
Allah berikan kepadanya. Ia pernah hidup dalam bimbingan Rasulullah
Saw 10 tahun lamanya. Ia juga termasuk perawi hadits Rasul terbanyak
pada urutan ketiga setelah Abu Hurairah dan Abdullah bin Umar. Semoga
Allah Swt membalas kebaikan dirinya dan ibunya yang bernama Al
Ghumaisha atas jasa baik yang mereka lakukan terhadap Islam dan kaum
muslimin.
Kisah dan Teladan Sahabat Rasul : Anas bin Malik Al Anshary Kisah dan Teladan Sahabat Rasul : Anas bin Malik Al Anshary Reviewed by kopi pancong on October 26, 2017 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.